Rabu, 27 Mei 2009

KADO ULANG TAHUN LIDYA (Puisi)


Hidup.

Pada tinta kelam pekat

basuhlah dengan air suci pekerti hidup selama ini,

kemenangan dan kekalahan

adalah yang harus dihadapi dalam kehidupan.

Dalam menyusuri sepanjang tepian pantaimu

upayakan selalu mencoba :

“mengeja gelombang demi gelombang hidup-Nya”

Bersujudlah di serambi waktu-Nya

biasakan memeluk malam dalam Doa

juga berikhtiarlah dalam kesungguhan menantang alam ini.

Tidak seperti macan tanpa cakar

bukan seperti hiu tanpa taring

tidaklah pula bagaikan pantai tanpa lautan

bukan juga layaknya elang tak bersayap,

Berharaplah seperti:

-tegarnya karang diterpa ombak

-sabarnya pagi menanti mentari melepas malam

-tabahnya hari selalu berganti

-kerasnya suara petir menyambar alam

-kuatnya bumi diinjak menopang kaki

-setianya petani mengelus tanah sawah

-tingginya gunung menjulang langit

-jujurnya air mengalir merendah

-wanginya melati tertetes embun

Tapi mungkinkah semua itu,

jika sujud simpuh kita selalu menjauh

dan syukur tertinggal jauh ?

Selamat Ulang Tahun sobat,

Semoga bahagia selalu dalam Bimbingan'Nya

dan...

sesungguhnya kebahagiaan yang sejati ada dari lubuk hatimu.

*Bojonegoro, 27 Mei 2009 jam. 00.00WIB

dibuat oleh Didik untuk sobat Lidya di Medan

Selasa, 26 Mei 2009

Guru

GURU
Istilah professional berasal dari profession, yang mengandung arti sama dengan occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Ada beberapa pengertian yang berkaitan dengan professionalisme yaitu okupasi, profesi dan amatif. Terkadang membedakan antar para professional, amatir dan delitan. Maka para professional adalah para ahli di dalam bidangnya yang telah memperoelh pendidikan atau pelatihan yang khusus untuk pekerjaan itu.[1]
Kata keprofesionalan berasal dari kata dasar “profesional” dan “profesi” arti dari profesi ialah “jabatan”, sedangkan ‘profesional’ maknanya adalah “ahli” dalam suatu bidang pekerjaan. Jadi keprofesionalan adalah suatu keahlian dan kemampuan dalam mengerjakan suatu pekerjaan dalam satu bidang. [2]
Keprofesionalan kata dasarnya adalah “profesional”, dalam kata profesional terdapat imbuhan, yaitu; ke – an , kata tersebut diatas menunjukkan arti “melebihkan atau membesarkan, mutu, kualitas lebih istimewa dari yang biasanya” [3] , contoh lain; ke-besar-an, ke-lebih-an, ke-puas-an, ke-tinggi-an dan lain-lain.
Dari pengertian keprofesionalan diatas, maka dapat diartikan keprofesionalan dalam mengajar, yaitu: pengajar yang memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, idealisme dan memiliki komitmen memajukan mutu pendidikan serta memiliki kompetensi didalam mengajar anak didik. Dengan demikian, guru PAK yang profesional adalah guru yang melaksanakan tugas mengajar dan mendidik dibidang PAK dengan mengandalkan kemampuan dan karakter yang tinggi dan mengacu kepada sosok Yesus sebagai Guru Agung.
Mengajar juga merupakan suatu perbuatan unsur seni maksudnya adalah mengajar merupakan suatu ilmu tetapi disamping itu juga merupakan seni karena mengajar sebagai ilmu ajar yang membutuhkan berbagai gaya atau metode mengajar, sehingga metode atau gaya tersebut dapat dikatakan sebagai seni dan bahwa keguruan didapat dari hasil proses belajar ttapi keguruan tidak terlepas dari bakat yang menunjukkan bagaimana kepiawaian seseorang dalam mempersiapkan dan menyampaikan sebuah gagasan atau materi sehingga orang lain dapat menerima gagasan atau materi tersebut.
Jika kita review kembali latar belakang dari munculnya guru-guru yang profesional, maka kita akan memahami bahwa betapa beratnya profesi seorang guru. Dahulu seorang guru diharapkan memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan istimewa, yang kata-katanya patut untuk didengarkan. Waktu itu mengajar bukanlah sutau profesi yang diorganisir, dan tidak ada pengawasan atas apa yang diajarkannya.
Memang benar bahwa mereka kemudian sering dihukum mati karena ajaran-ajarannya yang dipandang bersifat subversif. Socrates dihukum mati dan Plato dijebloskan ke penjara. Tapi kejadian demikian tak sampai menghambat tersebarnya ajaran-ajaran mereka. Tiap orang yang memiliki naluri guru yang murni akan lebih senang hidup terus dalam buku-bukunya dari pada dalam tubuhnya. [4] Suatu perasaan kemerdekaan intelektual sangat penting artinya bagi pemenuhan yang sesungguhnya dari fungsi-fungsi guru, sebab memang sudah tugasnya untuk menanamkan pengetahuan serta daya nalar yang dimilikinya ke dalam proses pembentukan pendapat umum.
Usaha untuk membuat profesi guru menjadi profesional sudah dilakukan oleh pemerintah salah satunya dengan adanya syarat bagi seorang guru tertentu untuk mengikuti akta IV dan pendidikan khusus lainnya agar bisa menjadi guru negeri dilingkungan pendidikan nasional. Upaya ini dilakukan untuk menertibkan profesi guru agar bisa mengaplikasikan kode etik guru dengan sebaik-baiknya dan juga bersikap profesional dengan tugas yang diembannya. Namun hal itu harus diimbangi dengan suatu bentuk perlindungan hukum dari hal-hal yang tidak di inginkan. Karena itulah perlu adanya sebuah rumusan undang-undang yang secara tegas dapat mengikat dan melindungi hak-hak dan kewajiban guru.
Pentingnya pengetahuan profesionalisme dalam pengajaran dan bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru-guru pemula, mengembangkan 10 prinsip penting profesionalisme guru, yaitu:
☻Penguasaan terhadap mata pelajaran yang diampu. Seorang guru seharusnya memahami konsep-konsep dasar, instrumen-instrumen untuk menguji, dan struktur-struktur dari mata pelajaran yang diajarkan, serta dapat menciptakan pengalaman-pengalaman belajar yang dapat membuat seluruh aspek mata pelajaran menjadi bermakna bagi para muridnya.
☻Penguasaan terhadap belajar dan perkembangan manusia. Para guru memahami bagaimana anak-anak belajar dan berkembang, dan dapat menyediakan kesempatan-kesempatan belajar yang mendukung perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosi, dan spiritual mereka.
☻Penguasaan strategi pengajaran. Para guru memahami dan menggunakan strategi pengajaran yang bervariasi untuk mendorong perkembangan berpikir kritis, penyelesaian masalah, dan keterampilan-keterampilan penting murid-muridnya.
☻Adaptasi strategi pengajaran. Para guru memahami bagaimana para siswa berbeda dalam pendekatan-pendekatannya ketika belajar sehingga mereka menciptakan strategi-strategi pengajaran yang sesuai dengan keragaman siswanya.
☻Motivasi dan manajemen. Para guru menggunakan pemahaman perilaku dan motivasi individu maupun kelompok untuk menciptakan sebuah lingkungan belajar yang mendorong interaksi sosial yang positif, keterlibatan yang aktif dalam belajar, dan motivasi diri.
☻Keterampilan komunikasi. Para guru menggunakan komunikasi verbal, nonverbal, dan media yang efektif untuk mengembangkan penyelidikan, kolaborasi, dan interaksi yang saling mendukung di dalam kelas.
☻Perencanaan. Para guru merencanakan pengajaran berdasarkan pengetahuan mereka tentang mata pelajaran, murid, komunitas, dan tujuan-tujuan kurikulum.
☻Para guru memahami dan menggunakan strategi-strategi asesmen yang formal maupun informal untuk mengevaluasi dan memastikan perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosi, dan spiritual para murid.
☻Guru adalah seorang praktisi yang selalu merefleksikan dan mengevaluasi secara terus menerus pengaruh-pengaruh dari pilihan-pilihan dan tindakan-tindakannya terhadap orang lain (murid, orangtua, dan profesional lain dalam komunitas pembelajaran), dan selalu aktif mencari kesempatan-kesempatan menumbuhkan profesionalismenya. [5]
Kemitraan. Para guru mengembangkan hubungan-hubungan dengan rekan profesi, orangtua, dan pihak-pihak lain dalam komunitas yang lebih luas untuk mendukung belajar dan kesejahteraan murid-muridnya.

Pengertian Guru PAK

Siapakah yang disebut “guru” itu? Bagaimana membedakan peran, tugas dan tanggung jawab guru? Bagaimanakah sang guru dirasakan kehadirannya dalam masyarakat?
- Sang guru adalah pendamping utama kaum pembelajar, orang-orang muda dan benih-benih kehidupan masa depan, dalam proses menjadi pemimpin.
- Sang guru adalah aktor intelektual yang selalu ada dibelakang layar, ia semacam “provokator” yang tut wuri handayani. [6]
- Sang guru belajar dari dirinya sendiri, ketika pemimpin belajar pada semua orang dan terinspirasi oleh matahari, air, api, atau alam semesta, sedangkan pembelajar belajar pada idolanya, tokoh-tokoh yang dikaguminya.
- Bagi seorang guru untuk bersungguh-sungguh mengajar yang paling menentukan bukanlah gaji, meski gaji yang tidak mencukupi kebutuhan dasar memang dapat mengganggu ketenangan dan totalitas mengajar. Sebaliknya, pertambahan gaji yang tidak diiringi oleh kuatnya komitmen sebagai guru tidak cukup memadai untuk membuat seorang guru mengajar dengan totalitas. Menjadi manusia guru, itulah tugas dan panggilan tertinggi seorang manusia. Dan, sejarah mengajarkan kepada kita bahwa hanya segelintir orang yang mampu membawa dirinya sampai ketahap itu.
Sebuah reposisi guru sangay diperlukan karena perannya tidak lagi hanya sebagai “pengabdi” pendidikan yang dicekoki rutinitas, tapi harus menjadi “pendidik murni” yang mendapatkan kesempata-kesempatan yang luas untuk mengembangkan sendiri pola pembelajarannya dan meningkatkan kualitas pribadi sehingga bisa menghasilkan anak didik yang cerdas dan bermoral. [7]


Syarat Guru PAK
Sedangkan syarat untuk menjadi seorang guru ada 3, yaitu:
1. Memiliki kualifikasiminimum dan seritifikasisesuai dengan jenjang kewenangan mengajarkan
2. Kesehatan jasmani dan rohani
3. Memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Ada ribuan istilah yang bisa digunakan untuk membahsakan sifat atau karakter guru yang ideal. Namun, sepertinya tidak ada yang mampu menyaingi kedua istilah ini lembut dan brilian. Dua kata inilah modal utama untuk menjadi guru berprestasi. Kelembutan adalah cermin cinta dan kasih sayang, sedangkan kebrilian adalah cerminan kreativitas, profesionalisme dan progresivitas.

Fungsi Guru PAK Secara Alkitabiah
Sungguh ironis bila seorang guru bekerja hanya untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan rutinitas belaka tanpa mau menganggap bahwa kreativitas dalam pendidikan merupakan tujuan utama dalam memberikan pembelajaran terhadap murid.
Unsur signifikan dari proses pendidikan adalah kreativitas. Dari kreativitas itulah akan tercipta kemajuan, sehingga hal yang berkenaan dengan proses pendidikan bisa terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan utama pendidikan itu sendiri. Guru kreatif akan memunculkan murid yang kreatif juga. Apabila guru dan murid kreatif, maka lembaga sekolah juga akan menyesuaikan diri untuk menjadi kreatif. Kreatif dalam melahirkan kebajikan, metode, proses pembelajaran, dan hal-hal yang berkenaan dengan pendidikan lainnya. Dari sana kemudian, tidak akan ada lagi siswa yang terjerumus pada pergaulan yang buruk akibat masa pubertas mereka yang meluap-luap sehingga akan menjadi manusia dewasa yang stabil. Dari sana pula, akan bergerak maju dan bersaing secara sehat dan konstruktif.

Kompetensi Guru PAK yang Profesional

Akadum (1999) juga mengemukakan bahwa ada lima penyebab rendahnya profesionalisme guru, pertama masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total, kedua rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan, ketiga pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan, keempat masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang diberikan kepada calon guru dan kelima masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara makssimal meningkatkan profesionalisme anggotanya

Metode Mengajar PAK yang Profesional

Metode pembelajaran adalah sebuah cara atau sistem untuk mengembangkan pembelajaran agar dapat menemukan suatu keserasian dalam kesinambungan antara siswa dan guru.
Dalam kegiatan belajar mengajar adakalanya seorang siswa mengalami kesulitan, hal ini berarti siswa tersebut mempunyai kelemahan dalam daya pikir dan ingat, serta menangkap dan menganalisis pelajaran yang diberikan.
Adapun faktor-faktor kesulitan belajar yang mendera anak adalah:
-Rendahnya intelektual anak
-Gangguan perasaan atau emosi yang berlebihan
-Kurang matangnya anak dalam belajar
-Usia yang terlalu muda
-Latar belakang yang tidak menunjang
-Kebiasaan belajar yang kurang baik
-Kemampuan mengingat yang rendah
-Terganggunya alat-alat panca indera
-Proses belajar mengajar yang tidak sesuai
-Tidak adanya dukungan dari pihak ketiga
Dengan mengetahui inti permasalahan yang dihadapi anak, maka guru harus dapat mencari jalan keluar untuk memperbaikinya agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Untuk mencari jalan keluar tersebut, guru harus mengambil langkah-langkah mengidentifikasi, mendiagnosis, meramalkan, memberikan perawatan (treatment) dan menindak lanjuti (follow up), sehingga murid yang bersangkutan merasa terbantu sehingga akan berusaha untuk melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik dan berkualitas.
Banyak guru yang hanya menyuruh murid untuk menulis dipapan, sedang dirinya mengantuk, atau bila guru itu tidak mampu menguasai materi yang akan disampaikannya, maka diapun akan mendiktekan pelajaran dan menyuruh murid untuk menuliskannya dibuku mereka.
Bila metode ini dipakai, tentu ini adalah metode bermasalah yang hanya akan membuat anak ini tidak kreati. Dengan kata lain, ungkapan guru digugu dan ditiru menjadi tidak relevan lagi, sedang yang tepat adalah digugu dan turu, karena memang demikian realitasnya. Guru hanya bermalas-malasan dalam mengajar, sehingga murid pun tidak bisa menelaah pelajaran secara luas.
Jika kondisi ini terus berlangsung tanpa ada yang mau meluruskan, maka muridlah yang paling dirugikan. Murid menjadi kehilangan orientasi belajar sehingga usaha untuk mencerdaskan anak didik menjadi terbengkalai. Selain itu anak didik tidak mampu lagi menelaah apa makna ilmu yang diberikan guru dan juga tidak mampu menganalisis lebih jauh tentang apa yang diajarkan guru waktu itu dikelas.

Kurt Lewin pernah berkatabahwa cara untuk mengupayakan pendidikan itu terbai menjadi tiga, yaitu:
1. Otoriter atau otokratis cirinya adalah banyak pemaksaan dan pemeriksaan sehingga membuat murid kurang inisiatif dan bertanggung jawab.
2. Sosio-integratif, ciri-cirinya adalah murid banyak berinisiatif dan bertanggung jawab, dan pemeriksaan hanya sejauh yang diperlukan saja dan tidak mendetail serta tidak pula mendiktenya.
3. Laisswz-faire, ciri-cirinya adalah pengajar sama sekali tidak melakukan pemaksaan ataupun pemeriksaan
Jika metode otoriter digunakan, maka ketergantungan pada guru akan menjadi sangat besar sehingga muridpun menjadi tidak kreatif dan mandiri. Sedangkan metode Laissez faire hanya akan membuat peran guru hilang dan hanya berperan pada hal-hal yang penting saja sehingga muridpun belajar tanpa ada pengawasan dari seorang guru. Akibat dari metode laissez faire ini, murid yang lemah akan diteror murid yang kuat, sehingga bisa jadi akan terbentuk kelompok-kelompok primodial (kelompok yang merasa benar dan pintar) didalam kelas. Akibatnya kelaspun menjadi pecah dan tidak ada kesepakatam dari masing-masing individu.

[1] Bobbi Deporter dan Mieke Hernachi, Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung:Kaifa, 2002) Hal.24
[2] Poerwadarminta, Op cit
[3] Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: 1995, Balai Pustaka, hal 789
[4] http://citizennews.suaramerdeka.com/index.php?option=com_content&task=view&id=152&Itemid=1
[5] . http://kurniawan.staff.uii.ac.id/2008/08/22/mengenali-profesionalisme-guru/
[6] -Mandaru, M.Z. 2005. Guru Kencing Berdiri Murid Kencing Berlari. Ar-Ruzz: Yogyakarta.
[7]

Music Instrument


MUSIC INSTRUMENT

Musik adalah karya dan budaya manusia, demikian halnya dengan alat musik yang berkembang seiring dengan perkembangan musik.
Mengenai alat musik dan pemakaiannya sejak zaman dahulu yakni pada masa Perjanjian Lama, sampai pada masa sekarang sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat yakni mulai dari alat musik zaman dahulu yang sangat sederhana, dibuat dari berbagai bahan yang dihasilkan dibumi ini, atau dari kulit binatang, tapi alat musik yang sederhana itupun dapat mengahsilkan nada-nada yang indah. Sedangkan pada zaman sekarang melihat semua alat-alat musik sudah ‘elektronik’ sangat canggih. Namun tujuan dari terciptanya alat musik adalah sama, dari dahulu sampai sekarang adalah untuk menghibur [1]
Musik sendiri memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap setiap makhluk hidup, musik bisa mempengaruhi pikiran dan hati manusia. Tanpa disadari musik sangat mempengaruhi suasana hati seseorang. Karena itulah, musik sangat ditekannkan dalam setiap kegiatan besar.
Tuhan pun menyukai musik yang keluar dari sebuah alat musik. Dalam II Tawarikh 5: 12-14 disana memperlihatkan betapa kemuliaan Tuhan Allah memenuhi Bait Allah ketika umatnya mengumandangkan puji-pujian dengan berbagai alat musik. [2]
Sejarah alat musik yang ada pada perkembangan zaman yang ada sebelum zaman sekarang ini menunjukkan beberapa perubahan yang cukup menarik seperti hanya dalam zaman romantik, zaman klasikal, dan zaman yang lainnya Musik dalam periode ini dilatarbelakangi oleh semangat zaman yang sangat terkenal: Age of Enlightenment, yaitu gerakan dalam ide di balik Rasionalisme. Satu abad sebelumnya, Eropa sedang memasuki masa klimaks Humanisme.

Alat Musik Dalam Alkitab

Dalam Alkitab menyatakan bahwa ibadah umat Israel tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan dibidang musik. Berdasarkan Alkitab manusia sudah memngenal alat alat musik pada generasi kelima setelah manusia pertama (Adam). Yubal anak Lamekh “Dialah yang menjadi Bapak semua orang yang memainkan kecapi dan suling” (Kej 4: 21), dialah penemu musik dan kitab Wahyu menerangkan bahwa akhir hidup orang yang percaya adalah menyanyi, memuji dan menyembah Tuhan selama-lamanya didalam Surga. [3] Dalam bahasa Ibrani kecapi dan seruling: Ugab yang dipakai untuk menyatakan jenis pipa atau buluh yang digunakan sebagai alat tiup. [4] Itu berarti alat musik dalam Alkitab sudah ada namun jika dilihat dari hal yang diatas maka ada kemungkinan pemakaian alat musik pada masa itu masih jarang.
Adapun pada masa Perjanjian Lama beberapa kitab yang menuliskan bahwa penggunaan alat musik dilakukan untuk memuja dewa-dewa mereka, sebagaimana kisah dari istri-istri Salomo melakukan penyembahan dengan tarian dan alat musik yang cukup riuh. Demikian juga halnya dalam Alkitab yang menuliskan bagaimana sejarah alat musik yang dimainkan oleh bangsa Mesir, Babilonia dan Siria yang mempengaruhi musik orang Ibrani.
Alat musik yang tercantum dalam Alkitab mungkin mirip dengan gambar-gambar pahatan pada kuburan-kuburan dan kuil-kuil dari kebudayaan kuno diTimur dekat. [5]

Walaupun setiap kebudayaan memiliki ciri khas musiknya sendiri. Ada beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keberadaan kebudayaan menunjukkan ciri khas yang berbeda satu dengan yang lainnya, Melalui peralatan komunikasi modern diperkenalkanlah berbagai jenis musik dari berbagai kultur yang sering kali jauh berbeda dengan musik di Indonesia sendiri. Misalnya, musik dari Jepang, musik tiup dari Pegunungan Andes, atau tam-tam dart Afrika Tengah. Sedangkan alat musik yang terkenal dari Indonesia adalah suling.
Setiap agama memperkenalkan jenis alat musiknya sendiri. “Dari berbagai penelitian ditarik kesimpulan bahwa kebanyakan agama menyuguhkan musiknya dalam nada minor. Hampir setiap kali mereka menggunakan pertukaran nada atau irama yang menuntun pada ekstase. Siapa saja yang terbawa hanyut dalam arus ekstase, ia menemukan pintu masuk ke dalam dunia roh, dunia para dewa. Bandingkan dengan Jaran Kepang di Jawa atau tarian Cakalele di Ambon dan Minahasa atau tarian tertentu di Bali yang semuanya diiringi oleh bunyi-bunyian musik tertentu. Semuanya membuat seseorang mengalami sesuatu yang lain daripada kehidupan dunia normal. Dengan kata lain, ia dipimpin oleh musik tersebut untuk mencapai suatu dunia lain, dunia ekstase.” [6]
Dalam tulisannya Mike dalam buku yang berjudul Pelayanan Musik menuliskan bahwa: “Dalam Alkitab, pelayanan yang menggunakan terompet hanyalah pelayanan yang dilakukan oleh penyanyi dan pemusik. Mereka mengemukakan fungsi pelayanan musik yang Alkitabiah diantara: Memanggil orang untuk berkumpul, menyuruh laskar-laskarnya berangkat berperang” [7] dari pernyataan diatas makin jelaslah bagaimana Allah juga bisa memakai alat musik untuk menunjukkan kuasa-Nya.selain daripada itu makin terlihat juga fakta-fakta bahwa dalam Perjanjian Lama alat musik sudah berperan sesuai dengan yang Tuhan kehendaki.

Alat Musik Pada Awalnya

Alat musik pada dasarnya bersifat objektif (tidak akan mem­­­beri­kan pengaruh apa-apa), namun ketika ada orang yang memainkannya maka alat mu­­sik tersebut akan bersifat subjektif. Karena alat musik itu sekarang menjadi alat dari si pe­main untuk me­nya­lur­kan nuansa perasaan, pengertian dan apa yang ia ingin sam­pai­­kan ke­pa­da orang lain melalui apa yang ia mainkan. Musik mempunyai dua pengaruh be­­sar yang mem­penga­ruhi hidup kita: mu­sik yang ba­ik akan mempengaruhi ke­rohanian kita; musik yang rendah kualitasnya, akan me­nyen­tuh aspek ba­dan kita yang bergerak. Ma­ka alat musik yang sama yang dimainkan se­­cara berbeda akan mem­be­rikan dampak yang sangat berbeda. Sebagai contoh alat musik ti­mur tengah (mis: ke­ca­pi, tam­bo­rin). Mu­sik bukan demikian sederhana, musik mempunyai penga­ruh yang sa­ngat besar dan di­­an­tara alat musik yang paling berbahaya, yang menyentuh ke­da­ging­­­an kita adalah yang bersifat per­kusi. Itu sebabnya orang-orang dari agama ku­no dan yang ingin men­do­rong orang untuk berperang/ melakukan tindakan brutal, selalu meng­gu­­na­kan per­ku­si. [8]
Berbicara mengenai awal dari pemakaian alat musik kita akan melihat bagaimana Lucifer sendiri pada awalnya adalah malaikat yang Allah tugaskan untuk memainkan alat musik yang indah dan sampai pada akhirnya lucifer punya keinginan untuk sama seperti Allah sehingga seorang malaikat yang Allah percayakanpun jatuh dalam dosa dan bagaimana dengan musik dan alatnya yang lucifer gunakan selama ini. Sebagai bagian dari pelayanan Lucifer tampaknya ia dianugerahi keterampilan yang tinggi untuk memainkan alat musik. Dia memainkan alat musik yang merupakan ciri khas tiga kategori musik akuistik yang kita kenal sebagai :
Viol adalah instrumen yang memakai dawai/senar (Ibrani: nebel yang dapat diterjemahkan psaltry atau lyre (gambus) (Yesaya 14: 11). Keluarga viol adalah awal dari biola yang kita kenal sekarang. Alat musik ini sangat populer pada akhir abad ke-14.
Seruling adalah alat musik tiup (Ibrani: negeb).
Genderang adalah alat musik perkusi (Ibrani: toph yang berarti tambur/drum). Dalam Alkitab bahasa Inggris, kata ini diterjemahkan timbrel sebanyak 9 kali dan diterjemahkan tabret sebanyak 8 kali. [9]
Kurt Sachs dalam buku A History of Musical Instruments (Sejarah Alat musik), New York, 1940, menuliskan bahwa alat musik ini dibuat dari selinder kayu dengan lapisan kulit dikedua ujungnya tanpa lempengan yang bergemerincing (yang terdapat pada rebana) atau stik (pemukul).
Hampir tidak diragukan bahwa alat musik pertama yang dibuat adalah alat musik tabuh. Alkitab berkata bahwa Yubal adalah “Bapa semua orang yang memainkan kecapi dan suling” (Kej 4: 21) ayat ini hanya menyebutkan kecapi dan organ, yaitu alat musik senar dan tiup.
Namun menurut legenda, Yubal mendapat ilham dari nada ayunan kapak Tubal-Kain yang memukul logam tempat menempah besi. Not-not yang pertama yang terdengar melalui pukulan melalui benda yang mengahsilkan nada seperti kayu atau batu, kemungkinan menciptakan nada yang tidak pasti dan tidak jelas. Meskipun demikian, kita tahu bahwa nada dihasikan oleh alat musik tabuh. [10]

Alat Musik Zaman Adam

Adam manusia pertama,diciptakan oleh Allah menurut gambar Allah pada hari keenam. Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup kedalam hidungnya, dan manusia itu menjadi mahluk hidup. Dalam penciptaan Adam Allah belum menciptakan alat musik, tetapi sudah menciptakan kepekaan untuk menikmati musik. Pdt Heryanto mengatakan dalam bukun suara metodist “setiap manusia diciptakan Tuhan dengan suatu kepekaan untuk menikmati, mencerna dan mempergunakan musik[11]”. Artinya bahwa dalam penciptaan Adam atau dalam zaman Adam Tuhan sudah menanamkan nilai-nilai seni dalam jiwa manusia untuk mendengar musik dan memainkan Alat musik.
Kalau berbicara tentang pemakaian alat-alat musik dalam diri Adam sendiri, belum ada ditemukan, bahkan dalam Alkitab tidak ada ayat ataupun pasal yang mengatakan Adam memakai alat musik sejak ia di ciptakan. Tetapi “berdasarkan Alkitab manusia sudah mengenal Alat musik pada generasi kelima setelah manusia pertama (Adam). Yubal anak Lamek “dialah yang menjadi bapak semua orang yang memainkan kecapi dan suling” (kej 4: 21, diaalah penemu musik”.[12] Dalam hal ini jika dilihat dari Zaman-zaman para babak leluhur, Yubal termasuk dalam Zaman Adam. Jadi alat musik pada zaman Adam sudah ada, yaitui kecapi dan suling.
Karl-Edmund prier sj, dalam bukunya menyatakan “Dalam Kitab Suci perjanjian lama diceritrakan bahwa Jubol (Yubal) dalah pan cipta Alat musik tiup dal Alat musik berdawai ; disebut pula bahwa ia adalah seniaman musik yang pertama didunia (Kej 4: 21).Jubol disebut-sebut sebagai penumu pencipta Khinnor, yaitu harpa kecil berbentuk segitiga dan ugabah yaitu sebuah seruling. Tetapi ternyata Alat musik tersebut telah dikenal oleh bangsa mesir.” [13]

Alat Musik Zaman Musa

Sebagai pemimpin yang besar, musa punya pengaruh pula bagi bangsa israel. Musa hamba Allah yang menjadi nabi bagi umat pilihan Allah. Musa memiliki tugas untuk memimpin bangsa Isreel kepada penyembahan yang benar dan kembali beribadah kepada Allah yang disembah Abraham, Ishak dan Yakub leluhur bangsa Israel.
Peristiwa keluarnya Israel dari Mesir sangatlah dramatis, berawal dengan tanda yang diberikan Allah kepada Musa sebagai kuasa yang dipercayakan Allah untuk diperlihatkan kepada orang israel (bandingkan Kel: ). Musa melakukan banyak tanda ajaib dengan kuasa dari Allah. Tongkat menjadi ular, adalah bukti awal bahwa misi yang harus dikerjakan Musa berasal dari Allah. Namun kendala yang dialami datang dari Firaun, dimana firaun tidak mengijinkan bangsa tersebut meninggalkan Mesir. Penolakan firaun diiringi dengan Tulah yang menimpa bangsa Mesir, sampai pada akhirnya mengijinkan Musa membawa bangsa Isarel meninggalkan Mesir, meskipun tidak rela sepenuhnya.
Kepergian bangsa Israel dari Mesir setelah Tulah yang terakhir yakni dengan kematian anak sulung di Mesir juga merupakan satu peristiwa yang besar. Bangsa Israel pada akhirnya berhasil keluar dari perbudakan Mesir untuk beribadah kepada Allah yang hidup. Kemenangan Israel menghadapi penyusulan tentara firaun dilaut teberau yang ditandai yang ditandai dengan tenggelamnya tentara berkuda firaun dirayakan dengan nyanyian pujian yang berbalasan dari musa dan rakyat Israel disertai tari-tarian dengan rebana sebagai alat musiknya sebagaimana dituliskan oleh Rosin demikian:
Dan sama seperti perempuan menyambut pemenang, yang pulang dari peperangan,dengan nyanyian dan tarian (umpamanya: 1 Sam 18 : 6-7)demikian pula miryam, saudara saudara perempuan Harun menyambut kemenangan Tuhan dengan membalas nyanyian Musa. Dia di ikuti oleh semua perempuan yang lain yang memukul rebana serta menari-nari: kegembiraan yang meluap-luap, tetapi yang dinyalakan dan dipimpin oleh Roh Kudus yang menghinggapi Miryam, seorang Nabiah.[14]

Kemungkinan besar Rebana adalah alat musik yang sering dipakai oleh orang Israel meski mereka berada dinegeri Mesir, tempat mereka diperbudak selama ratusan tahun. Luapan suka cita Miryam diekspresikan dengan alat musik dan tarian mengiringi lagu atau nyanyian Musa sebagai Ibadah kepada Allah, yakni tanda pengagungan terhadap kebesaran Allah yang telah memberi kemenangan.
Rebana sendiri adalah alat musik Tabuh yang terbuat dari kulit sapi, dan dalam bahasa Ibrani disebut Tumpanon.
Alat Ini sejenis tambur, dipegang oleh tangan yang satu dan dipukul dengan tangan yang satu lagi. Dipakai untuk mengiringi nyanyian dan tarian (Kel 15 : 20). Selalu dihubungkan dalam Perjanjian Lama dengan sukacita dan kegembiraan dan dipakai untuk mengiringi kegembiraan pesta (Yes 5 :12), dan sorak-sorai dari arak-arakan kemenangan (1 Sam 18 : 6).[15]

Alat Musik Zaman Yosua

Sangkakala, kata ini dipakai untuk menterjemahkan beberapa kata Ibrani. a, qeren, harfiah berarti tanduk (Yos 6; Dan 3 : 5). Sangkakala jelas dibuat dari tanduk binatang, tapi kemudian dibuat dari logam dengan meniru bentuk aslinya. b.sopar, tanduk yang agak panjang, dan ujung bawahnya melengkung keatas. Inilah sangkakala nasional Israel, dipakai pada peristiwa-peristiwa militer atau agama untuk memanggil orang berkumpul. Sampai hari ini masih dipakai disinagogeYahudi.[16]
Kita membaca dari Alkitab yang menceritakan bagaimana Yosua dan bangsa Israel menggunakan sangkakala sebagai sarana yang dipakai oleh Tuhan untuk merubuhkan tembok Yerikho yang tebalnya berlapis-lapis (jika dibandingkan dengan tembok zaman sekarang kemungkinan 100 x tebalnya). Bangsa Israel yang pada waktu itu keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan ternyata harus melewati tembok itu dan menghadapi bangsa yang besar. Allah berfirman kepada Yosua untuk mengelilingi tembok sebanyak 7 kali.
Berfirmanlah Tuhan kepada Yosua: “Ketahuilah, Aku serahkan ketanganmuYerikho ini berserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa. Haruslah kamu mengelilingi kota itu yakni semua prajurit harus mengedari itu sekali saja;demikianlah harus engkau perbuat enam hari lamanya, dan tujuh orang imam harus membawa tujuh sangkakala tanduk domba didepan tabut. Tetapi pada hari yang ketujuh, tujuh kali kamu harius mengelilingi kota itu sedang para imam meniup sangkakala. Apabila sangkakala tanduk domba itu panjang bunyinya dan kamu mendengar bunyi sangkakala itu maka haruslah semua bangsa bersorak dengan sorak yang nyaring, maka tembok kota itu akan runtuh, lalu bangsa itu harus memanjatnya, masing-masing langsung kedepan” [17]

Ternyata Allah memakai sangkakala untuk menyatakan kemuliaanNya bagi bangsa Israel dan bagi bangsa-bangsa lain. Dari kutiban diatas jelas sekali bahwa alat musik yang berupa sangkakala adalah salah satu sarana yang Tuhan pakai untuk maksud dan rencanaNya.
Alat Musik Zaman Daud
Dalam kebiasaan bangsa Israel, Musik,menyanyi dan menari adalah biasa dalam pesta, khususnya pesta pernikahan dan memtik buah anggur (Yes 16 : 10). Bahkan Daud sebagai …..dari gembala dipadang sudah biasa memainkan kecapi (1 Samuel 16 : 18). Musik sangat penting dalam kehidupan sosial orang Israel.
Raja Saul juga membutuhkan keterampilan Daud dalam memainkan kecapi, dan Saul terhibur dengan apa yang dilakukan oleh daud. Behkan para putri Yerusalem menari kegirangan dengan memukul-mukul rebana ketika Daud kembali dari peperangan dengan kemenangan yang gilang gemilang.
Selain kecapi dan rebana yang dipakai dalam acara suka cita seperti pesta atau kegirangan karena kemenangan atas peperangan, alat ini juga bisa dipakai dalam suasana duka, khususnya kecapi. Nyanyian ratapan yang dibawakan Daud karena kematian Yonatan sahabatnya (2 Samuel 1 : 18-27) merupakan contoh yang paling jelas.
Telah menjadi kebiasaan menggaji para ahli peratap untuk meratap pada saat-saat berkabung. Dalam hal ini biasanya termasuk para peniup seruling (Matius 9 : 23). Menurut Maimonides, suami termiskin sekalipun diharapkan menghadirkan paling sedikit dua peniup seruling. [18]

Beberapa alat musik yang disebutkan dalam Mazmur 150 antara lain: sangkakala, gambus dan kecapi, rebana, seruling, dan ceracap. Daud dengan latar belakang sebagai gembala sudah terbiasa menggunakan kecapi ketika mengembalakan domba ayahnya, dan perempuan-perempuan Israel sudah terbiasa menabuh rebana. Sesungguhnya, banyak jenis alat musik petik. Bukan hanya kecapi atau harpa, ada juga alat-alat musik lainnya, sebagai mana disebutkan oleh Allan Millaerd “sejenis harpa atau kecapi yang dipakai Daud, ialah sebuah kinor. Rekonstruksi ini terdapat di Haifa Music museum. Inilah alat musik pertama yang disebutkan dalam Alkitab (Kejadian 4 : 21; yang dipakai Daud terbuat dari kayu Saru (2 Samual 6 : 5)”[19]
Alat Musik Zaman Salomo

Salomo anak Daud dari Istrinya Batseba mantan istri Uria, ternyata mewarisi jiwa musik bapanya siraja kecapi itu. Dalam posisinya sebagai Raja Israel menggantikan Daud bapanya, ia meneruskan pendayagunaan musik diistana serta dalam kebaktian di Bait Suci tempat Ibadah yang tetap (2 Tawarik 5 :12-13)[20]
Dari penjelasan diatas salomo adalah orang yang peduli dalam pemakaian alat-alat musik didalam kebaktian dibait suci. Kemungkinan yang dapat dilihat dari raja Salomo adalah dimana ia menjadi seorang anak yang mewarisi bakat seni ayahnya.
Ketika Salomo, anak Daud, menjadi raja dan membangun Bait Allah yang pertama, semarak, pagelaran musik menjadi semakin agung Yosephus, sejarawan Yahudi yang terkenal, menulis bahwa dalam Bait Allah yang pertama ada 200.000 peniup terompet dan 200.000 penyanyi berjubah yang dilatih untuk ikut serta dalam ibadah ini. II Tawarikh pasal lima memberikan laporan tentang hadirnya sejumlah besar penyanyi dan instrumen musik, dalam ibadah tersebut[21]
Dalam pembangunan bait suci yang diadakan salomo, bahkan ibadah yang diadakan di dalam bait itu, peranan alat-alat musik sangatlah nyata dalam kejadian tersebut. Dan tidak hanya jumlah yang sedikit tetapi dengan jumlah yang sangat besar. Dan jika dibandingkan dengan zaman sekarang ini, tidak ada ibadah yang mennggunakan musik sampai dengan 200.000 alat musik.
Mike dan Viv Hibert dalam bukunya mengatakan: “Dan pada Zaman salomo dibuat seratus dua puluh buah Nafiri untuk para imam yang meniupnya pada saat pentahbisan bait suci yang didirikan salomo”[22]. Dalam pernyataan diatas terbukti bahwa pada zaman salomo ditemukan begitu banyaknya alat musik nafiri bahkan pada waktu salomo mengadakan pernikahan dengan wanita mesir dia juga memberikan mas kawinnya dengan 1000 peralatan musik. “Raja Salomo menikah dengan wanita Mesir dengan mas kawin berupa 1000 peralatan musik.”[23]

Alat Musik Zaman Perjanjian Baru

Perbedaan yang terlihat dalam setiap zaman tidaklah terlalu jauh berbeda karena pada dasarnya alat musik selalu menunjukkan sebuah perubahan yang tidak mencolok, sebagai contoh terompet yang pada masa Perjanjian Lama terbuat dari sebuah tanduk domba yang domodofikasi sehingga menjadi terompet sedangkan pada masa sekarang tidaklah berbeda jauh kemungkinan hanya perbedaan bahan yang digunakan, tetapi pada dasarnya fungsi dan bentuknya tidaklah jauh berbeda.
Pada masa menjelang Perjanjian Lama dan memasuki zaman Kristus, bangsa Yahudi membiarkan penyembahan mereka berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi sangat formal. Inilah masa-masa kemurtadan dan ketidakpercayaan, sehingga penyanyi dan alat-alat musik tidak digunakan sebagai sarana penyembahan. Hanya Firman yang digunakan oleh pendeta dan lagu-lagu yang didendangkan oleh pemimpin biduan (penyanyi profesional) saja yang terdengar dalam gereja. [24] jika penulis bisa menyimpulkan dari kutipan diatas jelas sekali terlihat bahwa dengan berubahnya bentuk dan tata cara dalam ibadah maka dalam Perjanjian Baru lebih menfokuskan pada khotbah karena dilatar belakangi oleh keadaan pada masa itu yang mulai menyelewengkan penggunaan alat musik.
Dalam kitab Wahyu juga menjelaskan beberapa hal tentang pangaruh dari alat musik yang dimainkan dengan sederhana tetapi akan menimbulkan efek yang luar biasa. “Dalam Wahyu 14: 2, Yohanes bahkan mendengar suara-suara surga ini berpadu dengan “bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.” Tiap kali suara ini terdengar dibumi, terjadi peristiwa yang fenomenal. Bila suara yang bergema dari hati umat Allah selaras dengan suara yang bergema dari hati Allah, maka ada penyembahan dibumi seperti disurga” [25]
Dalam bagian ini Mike juga dalam bukunya menuliskan bahwa: “Oleh karena para penyembahan berhala menggunakan alat-alat musik untuk penyembahan, maka mereka dilarang oleh kaum Farisi. Hal ini terjadi setelah penghancuran bait Allah pada tahun 70 s.M. secara simbolis Paulus juga berbicara tentang musik – ‘…suara gong dan gemerincingnya canang’. Selama berabad-abad,banyak terjadi kontroversi dalam gereja tentang penggunaan alat musik dan penyanyi didalam kebaktian penyembahan”. [26]
Ternyata jika kita melihat fakta-fakta sejarahnya maka penulis melihat bahwa sesungguhnya alat musik itu sendiri tidak salah, tetapi yang salah adalah mereka-mereka yang menggunakannya tidak pada tempatnya. Penyembahan berhala yang terjadi baik pada masa Perjanjian Lama yang pada akhirnya membuat satu pergerakkan ditengah-tengah kalangan Farisi. Hal ini sebenarnya harus diwaspadai karena cukup memprihatinkan.
Sejarah Masuknya Alat Musik kedalam Gereja

Jika berbicara mengenai sejarah masuknya alat musik kedalam gereja maka pada awalnya musik secara keseluruhan, mulai dari instrumen, nyanyian dan kegiatan peribadatan digereja sudah begitu menyatu dan tidak dapat dipisahkan. Betapa hambarnya (seperti sayur tanpa garam) jika dalam suatu kebaktian tidak ada musik. Kalau memang tidak ada alat muisk sama sekali jemaat tetap dapat menggunakan mulut untuk menyanyikan kidung pujian, dan biasa juga menggunakan tangannya untuk memberi ritme dengan ketukan.
Musik dalam peribadatan secara terorganisir dimulai sejak zaman Daud. “selanjutnya untuk ibadah Daud dan para panglima menunjukkan anak-anak Asaf, anak anak Heman dan anak-anak Yedutun”. Mereka bernubuat dengan diiringi kecapi, gambus dan ceracap. [27]

Kemudian dalam pemerintahan Salomo ketika bait Allah sudah berdiri pelayanan alat musik dalam ibadah ini semakin ditingkatkan dan dimantapkan (II Tawarikh 5: 12; 7: 6). Belakangan, ketika Nehemia mentahbiskan tembok Yerusalem digelar juga paduan suara akbar untuk memuliakan Allah (Nehemia 12: 27-43). Itulah perkembangan keberadaan alat musik dan nyanyian dengan kegiatan ibadah.
Masa Renaissance

Tahun 1450-1600, dalam sejarah musik, sering disebut masa Renai sans, suatu istilah yang dipinjam dari seni lukis seperti kata Barok atau Rokoko. Renaisans adalah sebuah kata dari bahasa prancis. Renaisans yang berarti “Lahir Baru.”[28]
Dalam masa ini musik banyak dikembangkan, diciptakan dan diperdengarkan. “Dua faktor terpenting dalam perkembangan ini adalah pencetakan musik polifonok, selain itu, Risalah-risalah tentang bagaimana memainkan berbagai jenis alat mulai diterbitkan sehingga jumlah pemusik-pemusik amatir meningkat oesat.”[29] Musik polifonik awal sering kali disebut Organum dalam Risalah-risalah teoritis. Ada anggapan dari beberapa penulis bahwa istilah musik “organum” ini terkait dengan pemakaian Organ.[30] Jadi dari hal atau pernyataan diatas bahwa musik atau alat musik yang muncul pada masa Renaisans adalah musik Organum atau alat musik organ.
Musik di Zaman ini, belum begitu sempurna bila dipandang dari sudut pandang musik saat ini. Dikatakan belum sempurna karena musik ini tidak memiliki banyak variasi melodi di dalamnya. Cukup sederhana, karena penggabungan antara Bass dan melodinya tidak terlalu rumit dan bila di perhatikan secara musical, bentuk melodinya hanya setiap satu ketukan atau hanya menggunakan not seperempat saja. Sedangkan bassnya hanya dimainkan setiap awal ketukan saja. Birama musik dalam Zaman ini hanya sebatas 4/4 (empat per empat) saja. Dari segi keharmonisannya, musik di zaman ini sudah dapat dikatakan harmonis. Salah satu pemusik yang terkenal di Zaman ini adalah L. Milan.[31]

Salah satu perkembangan yang paling penting dalam musik pada tahun 1450-1600 (Masa Renaisans) adalah perkembangan musik Instrumental. Yang berarti pada masa ini sudah timbul dan sudah dipakai berbagai-bagai alat musik. Dan dibawah ini ada beberapa alat musik yang dipakai pada masa Renaisans, sesuai dengan bagianya.
Pertama: Alat-alat Musik Gesek.
- Viol, Alat musik gesek, mempunyai enam senar yang distem hampir seperti gitar, dengan fret-fret (ukuran yang menentukan interval, sama seperti gitar) pada papan jari.
- Biola, alat misik gesek, mempunyai empat senar.
Kedua: Alat-alat Musik Tiup Kayu.
- Rekorder, alat musik yang populer sekarang untuk anak-anak sekolah.
- Krumhorn, alat musik yang mempunyai reed ganda ditutup didalam suatu selubung yang juga berfungsi sebagai tempat meniup alat itu.
- Shawm atau Pommer, Alat yang mempunyai reed ganda ditiupkan seperti obo, bunyinya keras dan nyaring.
- Dulcian, suatu pendahulu fagot, juga dibuat dalam beberapa suara.
- Kornetto, alat tiup kayu yang berbentuk seperti tanduk. Alat ini ditiup seperti terompet, yaitu melalui getaran dari bibir pemainnya.
Ketiga: Alat-alat Tiup Logam.
- Terompet, hanya harmonok-harmonik alam yang dapat disuarakan
- Trombon atau sack but, hampir sama bentuknya dengan trombon modren. Suaranya lebih halus karena lubang bornya lebih sempit.
Keempat: Alat-alat Musik Petik.
- Lut, salah satu alat yang paling populer pada abad ke-16. senar-senarnya dipetik bukan dengan kuku, melainkan dengan ujung-ujung jari.
- Vilhuela, sejenis lut dengan bentuk badan yang mirip gitar, dipakai di Spanyol, abad ke-16.
Kelima: Alat-alat Musik Keyboard.
- Organ, termasuk organ kecil yang dapat dipindahkan dan memakai suara reed saja (disebut regal). Organ-organ yang besar sering kali dibuat dengan beberapa papan tuts dan papan pedal kaki.
- Harpsikord, senar-senar dipetik oleh plektrum yang dibuat dari kulit atau bulu burung. Harpsikord kecil disebut spinet atau Virginals (di Inggris).
- Klavikord, senar-senar dipukul langsung oleh suatu benda yang terletak pada ujung tuts.[32]

Masa Barokh

Kata Barok (Baroque) dalam beberapa waktu sepanjang sejarah kadang berarti aneh, sangat penuh dengan hiasan, rumit, berbelit-belit, berlebihan serta memenuhi tempat dan wadah, baik dengan tindakan, gerakan, bunyi, hiasan dan warna. Zaman Barok menandai akhir dari zaman Renaissance (kelahiran kembali) dan masuk kedalam zaman yang lebih bersifat feodal dan aristokratis. Zaman ini dimulai tahun 1600 dan diakhiri dengan tahun 1750 dengan wafatnya Johann Sebatian Bach, seorang komponis kenamaan zaman Barok (1685-1750). Terutama dalam masa akhir musik Barok kebanyakan berupa musik musik Poliphony didalam pola musiknya, pola poliphony yang terdapat dalam musik barok berbeda dengan textur poliphony dalam musik renaissance. Dalam musik barok terdapat satu atau dua melodi tema yang berkejar kejaran atau saling berdialog dengan satu sama lainnya, dalam hal ini biasanya bagian treble (sopran) berdialog dengan bagian bass, dan melodi utama keduanya diulang ulang, ini menjadi pola dasar poliphony yang digemari.[33]
Dari kutipan diatas menunjukkan bahwa pada masa Barokh alat musik yang sangat tren dikenal adalah kemungkinan adalah drum dan bass yang dimana dapat kita lihat dari jenis musik yang hasilkan pada masa itu yang bertempo cepat dan kejar-kejaran seolah-olah menunjukkan satu kekerasan lirik lagu. Hal itu juga diperkuat dari sebuah jenis musik yang memang jelas-jelas menunjukkan kekhasan jenis alat musiknya yakni :
Ensemble Basso Continuo biasanya dimainkan oleh dua alat musik, alat musik bass (Cello, Basoon, Contra Bass dll.) dan alat musik keyboard (alatmusik yang berpapan tuts) dalam zaman ini adalah harpsichord (untuk musik sekular) dan organ pipa (untuk musik sakral). [34]

Dalam jaman Barok alat musik terus diperkembangkan. Sebenarnya prosesini sudah dimulai pada jaman Renaissance. Bukan jenis alat musik yang ditambah- kecuali piano (Hammerklavier) – tetapi mutu dari suara, termasuk usaha untuk meningkatkan ungkapan ‘efek’ / perasaan. Maka alat musik yang sukar diperbaiki keindahan bunyinya lama-kelamaan lenyap.[35]
Dalam pernyataan diatas bahwa sesudah di mulainya zaman Renaisans, alat musik sudah pada zaman Barok terus diperkembangkan. Bahkan dalam zaman ini mutu dari suara alat musik tersebut ditambah. Artinya dalam bahwa keberadaan musik yang semula tidak lagi sama, tetapi pada zaman ini mutu dan kwalitas alat musik itu sudah berubah. Dan bahkan pada zaman ini banyak alat-alat musik yang di pakai, adapun alat-alat musik yang di pakai adalah sebagai berikut.
Alat musik yang dipakai pada jaman Barok:
1. Dalam musik istana dan gereja (musik seni): biola, biola alto, cello, lute, gitar, teorbe, harpa, cembalo / harpsichord, organ, flute, horn, trompet, pauken.
2. Dalam musik rakyat: biola sederhana(Oktavgeige), Drehleier (alat gesek dengan dawai bordun), gitar, Hackbrett (Dulcimer semacam sitar), Maultrommel (rinding), pikolo, rekorder (Blockflote), Schalmei (semacam klarinet), Krummhorn (alat tiup kayu), genderang, kastagnet, xilofon, lonceng kecil dan sebagainya. Pada awal zaman Barok masih terdapat sejumlah alat musik tiup kayu (pommer, fagot,raket) yang kemudian lenyap kecuali obo dan klarinet.[36]

Pengaruh Alat Musik Bagi Gereja

Berbicara penagaruh alat musik bagi Gereja, pada saat ini sangatlah berpengaruh. Karena pada saat ini banyak gereja-gereja yang ditemukan yang tidak puas dengan Musik yang dipakainya selama ini (Keybord), dan orang-oarang atau pengurus-pengurus bahkan gembala-gembala gereja tersebut selalu berusaha untuk menambah alat musik dari yang sebelumnya atau membeli alat musik yang lengkap. Dan tidak jarang ditemukan gereja di penuhi jiwa-jiwa setiap kali beribadah karena pengaruh alat musik yang full (Full Band).
Mawene dalam bukunya Gereja yang bernyanyi mengatakan bahwa; “Didalam peribadahan gereja, alat-alat musik pun dipergunakan untuk menunjang suasana dan tujuan peribadahan.”[37] Dalam hal ini pengaruh alat musik bagi gereja atau periabadahan gereja sangat lah penting karena dapat mendorong suasana peribadahan gereja.
Sebagai mana daud serius dalam pendekatan dengan pelayanan musik di bait Allah, hal ini bisa kita kitab I Tawarikh: “Daud menyuruh para pemimpin lewi untuk menunjukkna saudara-saudara mereka sebagai penyanyi untuk menyanyikan lagu gembira yang diiringi oleh musik; “gambus, kecapi dan ceracap” (I Taw 15:16). Juga; “Heman dan Yedutun” bartanggung jawab untuk membunyikan nafiri dan ceracap dan memainkan alat musik lain untuk lagu kepada Allah”. (I Taw 16 : 42). Dan satu-satunya syarat juga untuk pelayanan lewi dalam rumah Tuhan adalah mampu bermain musik, begitu juga mereka yang berfungsi dalam musik memegang peranan yang berpengaruh dalam kehidupan gereja.[38]
Peranan Alat Musik dalam Ibadah Kristen
Berbicara tentang peranan itu sama artinya dengan kegunaan atau maksud. Demikian juga halnya dengan peranan dan maksud kegunaan dari alat-alat musik hal itu menjadi suatu yang vital bagi pelayanan didalam gereja, bagaimana, siapakah, atau apa yang terjadi ketika alat musik dimainkan oleh gereja dalam setiap ibadahnya.
Maksud dari pemakaian alat-alat musik
· Untuk melayani Allah di hadirat-Nya (I Taw 16: 4)
· Untuk memuji Allah (I Taw 23: 5)
· Untuk mengiringi penyanyi dalam sukacita dan puji-pujian (I Taw 15: 16)
· Untuk memanggil dan memimpin jemaat dalam beribadah (Bil 10: 1-10)
· Mempersiapkan Jemaat untuk bernubuat (II Raja 3: 15)
· Untuk menyampaikan nubuat (I Taw 25: 1-3)
· Untuk memimpin dan dimainkan dalam peperangan (Bil 10: 2-10)
· Untuk mengantarkan dan mengumumkan kehadiran Allah (Maz 47: 6)
· Untuk mengajar segala bangsa memuji Allah (Maz 57: 8-10) [39]
Peralatan musik yang digunakan haruslah berhati-hati digunakan karena pada zaman dan akhir-akhir ini banyak penyalahgunaan peralatan musik oleh anak-anak muda Kristen yang kurang bertanggung jawab. Ada beberapa fakta yang nyata dari penggunaan alat musik yang salah oleh mereka-mereka yang kecanduan obat bius. “Musik, yang diciptakan oleh seseorang atau sekelompok musikus yang kecanduan obat bius atau yang kerasukan setan, bisa sangat mengotori kehidupan penggemar musik jenis itu. Sebagai contoh ekstrim, kita tentunya pernah membaca atau mendengar salah satu kelompok musik terkenal di Eropa dan di seluruh dunia, KISS (1979), yang merupakan singkatan resmi dari KNIGHTS IN SATAN`S SERVICE, dalam bahasa Indonesia berarti:"Hulubalang-Hulubalang Setan". Atau "Hamba-Hamba dalam Pelayanan bagi Setan". [40]
Selain daripada itu jemaat beserta seluruh anggota yang berada dan bertanggung jawab atas keberadaan gereja maka haruslah mengusakan ada keseimbangan dalam pemeliharaan dan penggunaan alat musik didalam satu orkestra atau yang disebut sinkronisasi. Diantara berbagai jenis alat musik yang dibunyikan harus ada keseimbangan nada (Misal: drum, gitar, serta piano diberikan pengaturan yang seimbang, tiadak ada yang terdengar lebih dominan dari yang lainnya) sehingga dengan adanya keharmonisan nada-nada alat musik itu maka sekali lagi penulis menyatakan bahwa alat musikpun bisa menjadi satu alat yang membawa jemaat lebih masuk lebih dalam lagi dalam hadirat Tuhan.
Sementara Mewene dalam bukunya menuliskan bahwa alat musik dalam gereja adalah membantu, memandu, dan mengiringi jemaat untuk bernyanyi dengan baik. Sebagai contoh : dalam gereja-gereja Protestan yang mengenal peranan pemimpin pujian, alat-alat musik itu mengambil alaih peranan tersebut.
Merasakan kebaikan TUHAN serta berjalan selaras dengan Firman TUHAN merupakan syarat mutlak dalam Praise and Worship GOD. Kemampuan dan performa pemusik maupun penyanyi lagu rohani bukan jaminan dapat menguatkan iman seseorang yang mendengar suaranya. Namun memuji TUHAN karena telah mengalami kebaikan dan kemurahan TUHAN seperti yang telah dilakukan, akan dapat menguatkan iman orang lain, sehingga menjadi berkat bagi orang lain. [41]
Sebagai masukkan yang mungkin bisa dilakukan adalah gereja yang hidup sudah barang tentu punya keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan, salah satunya alat musik yang baik (Jika keuangan gereja lokal mencukupi). Selain daripada itu gereja haruslah mempersiapkan para pemain alat musik lebih diperlengkapi lagi untuk mempelajari alat musik yang lainnya sebagai variasi tambahan. Tuhan mau gereja yang memiliki alat musik agar dapat juga memberikan perhatiannya kepada perawatannya dengan baik dan hati-hati. “kerinduan Tuhan yang terbesar atas hidup kita adalah agar kita mengalami penyembahan surga” [42]
Hal ini menunjukkan bahwa betapa Allah juga menyatakan kuasanya dengan luar biasa melalui perantaraan alat musik.
Ada banyak alat musik yang disebutkan diseluruh Alkitab. Alat tersebut digunakan untuk mempersembahkan puji-pujian kepada Allah. Alat musik itu antara lain: tambur, kecapi, trompet, organ, seruling, alat musik dengan sepuluh tali atau sejenis gitar, cymbal atau canang, simbal yang bersuara sangat nyaring dan lain-lain.

[1] T.n Suara Methodist Indonesia (Medan: Percetakan Methodist, 1940), 34
[2] http://sekolahmingguhkbptamanmini.blogspot.com/2007/03/musik-dalam-alkitab.html

[3] T.n Suara Methodist Indonesia (Medan: Percetakan Methodist, 1940), 34
[4] Mike dan Viv Hibert, Pelayanan Musik, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2006), 13

[5] Mike dan Viv Hibert, Pelayanan Musik, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2006), 15

[6] http://sekolahmingguhkbptamanmini.blogspot.com/2007/03/musik-dalam-alkitab.html
[7] Mike dan Viv Hibert, Pelayanan Musik, 18-19
[8] http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2000/20000820.htm
[9] Mike dan Viv Hibert, Pelayanan Musik, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2006), 12-13

[10] Ray Hughes, Suara Surga Simfoni Bumi, (Jakarta : Nafiri Gabriel, 2001), 87

[11] T.n Suara Methodist Indonesia (Medan: Percetakan Methodist, 1940), 34

[12] Ibid,34
[13] Karl-Edmund prier sj, Sejarah Musik Jilid 1,(yokyakarta Pusat Musik Liturgi,1991),14-15
[14] H.Rosin, Tafsiran Alkitab-Kitab Keluaran, (JKT: BPK GM, 2002),212.
[15] D.G. Strading, “Alat-alat Musik” dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini dan K.A.Kitchen , Pen. MH.Simanungkalit, Peny. H.A Oppusunggu.(JKT: YKBK,2002),112

[16] D.G. Strading, “Alat-alat Musik” dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini dan K.A.Kitchen , Pen. MH.Simanungkalit, Peny. H.A Oppusunggu.(JKT: YKBK,2002),112

[17] Yosua 6: 2-5
[18] D.G.Steadling dan K.A. Kitcher, “Musik” dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, 109.
[19] Alan Millard, “Alkitab Perjanjian Lama dan Wilayah timur Dekat Kuno” dalam Hand Book to The Bible. Pen. Ny Yap Wei Fong dkk. Peny. Ny Pauline Tiendas (Bandung :Kalam Hidup,2004),268

[20] Diktat darma Agung
[21] Sumber: Kenneth W. Obsek, The Ministry of Music, Kraaal Publiestinn. Grand Rseids. 1971.http://gema.sabda.org/sejarah_perkembangan_musik_rohani.

[22] Mike dan Viv Hibert, Pelayanan Musik, 224
[23] Ibid 15
[24] Mike dan Viv Hibert, Pelayanan Musik, 35
[25] Ray Hughes, Suara Surga Simfoni Bumi, (Jakarta : Nafiri Gabriel, 2001), 77-78

[26] Ibid, 35
[27] Soemitro. Musik Gereja yang Bagaimana, (Bandung: Kalam Hidup, 2008), 32

[28] Rhoderick J. McNeill, Sejarah Musik 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia;1998),66
[29] Ibid, 66
[30] Rhoderick J. McNeill, Sejarah Musik 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia;1998), 26
[31] http://etnomusikologi.informe.com/pengaruh-perubahan-zaman-musik-pada-gereja-kristen-protestan-dt42.html

[32] Rhoderick J. McNeill, Sejarah Musik 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia;1998),145-146
[33] http://musica_ursuliana.blogs.friendster.com/my_blog/
[34] http://musica_ursuliana.blogs.friendster.com/my_blog/

[35] Karl-Edmund prier sj, Sejarah Musik Jilid 1,(yokyakarta Pusat Musik Liturgi,1993), 13
[36] Karl-Edmund prier sj, Sejarah Musik Jilid 1,(yokyakarta Pusat Musik Liturgi,1993),14
[37] Mawene, Gereja yang Bernyamyi, (Yogyakarta: ANDI, 2004), 67
[38] T.n Suara Methodist Indonesia (Medan: Percetakan Methodist, 1940),36
[39] Ibid, 58-59
[40] http://sekolahmingguhkbptamanmini.blogspot.com/2007/03/musik-dalam-alkitab.html
[41] http://www.tabernakel.org/renungan/?id=11062601
[42] Ray Hughes, Suara Surga Simfoni Bumi,( Jakarta : Nafiri Gabriel, 2001), 78

Pemulung (Skripsi)


PEMULUNG

Kemiskinan sebagai masalah global, tidak dapat hanya diselesaikan oleh sepihak lewat berbagai kebijaksanaan pembangunan, tetapi juga harus menjadi tanggung jawab bersama bagi semua pelaku pembangunan termasuk masyarakat itu sendiri. Memang ironis bahwa walaupun kemiskinan merupakan sebuah fenomena yang setua peradaban manusia, tetapi pemahaman terhadapnya dan upaya mengentaskannya belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Bahkan di Indonesia dengan terjadinya krisis ekonomi orang miskin “baru” semakin bertambah.
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya mempunyai 49,5 juta jiwa penduduk yang tergolong miskin (Survai Sosial Ekonomi Nasional / Susenas 1998). Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari 17,6 juta jiwa di perkotaan dan 31,9 juta jiwa di perdesaan. Angka tersebut lebih dari dua kali lipat banyaknya dibanding angka tahun 1996 (sebelum krisis ekonomi) yang hanya mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak 7,2 juta jiwa di Perkotaan dan 15,3 juta jiwa perdesaan. Akibat krisis jumlah penduduk miskin diperkirakan makin bertambah. [1] Meskipun kemiskinan pernah menurun drastis pada kurun waktu 1976-1996, 40,1% menjadi 11,3% dari total penduduk Indonesia, orang miskin meningkat kembali pada periode 1996-1999. Akibat krisis multidimensional yang menerpa Indonesia, jumlah penduduk miskin pada periode 1996-1998, meningkat tajam dari 22,5 juta jiwa (11,3%) menjadi 49,5 juta jiwa (24,2%) atau bertambah sebanyak 27,0 juta jiwa (BPS, 1999). Hasil pendataan BPS yang baru-baru ini dilakukan menunjukkan, penduduk miskin pada 2004 sebanyak 36,1 juta jiwa atau setara dengan 9 juta rumah tangga miskin. BPS memperkirakan rumah tangga miskin secara nasional tahun 2005 mencapai 15,5 juta jiwa atau sama dengan 62 juta jiwa penduduk miskin (PR, 17 September 2005). [2]
Ada beberapa pandangan yang menyebutkan bahwa para pemulung kurang mendapat pelayanan yang baik, karena dengan adanya komunitas yang miskin maka pandangan terhadap orang miskin terkadang salah bahkan ada beberapa orang yang menganggap dirinya miskin dan hampir semua orang ingin mendapat perhatian dari orang lain. Hal ini yang menyebabkan sulitnya membedakan mana yang miskin dan mana yang kaya.
Siapakah yang disebut Orang Miskin? Pertanyaan ini selalu muncul pasda orang yang sedang melakukan pekerjaan upaya pengentasan kemiskinan. Walau sudah banyak sekali program yang dikembangkan oleh berbagai pihak (pemerintah dan non pemerintah) yang berskala kecil maupun besar tapi tetap saja persoalan kemiskinan yang menimpa bangsa kita belum berakhir. Masalah kemiskinan selalu berpaut dengan permasalahan yang ada di kehidupan kita, antara lain: permasalahan ekonomi, pendidikan, sosial budaya, politik, ideologi dan lain-lain. Satu dengan yang lain saling kait- mengait. Berbagai pengertian dan definisi tentang kemiskinan dirumuskan oleh para ahli dan pembuat kebijakan agar upaya pengurangan kemiskinan betul-betul efektif. Pendefinisian kemiskinan adalah salah satu upaya dalam kerja besar pengentasan kemiskinan. Pihak-pihak yang melakukan hal tersebut tentunya sudah mempunyai gambaran utuh mengenai kemiskinan, faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan dan juga tingkat keberhasilan dan kegagalan dalam kegiatan pengurangan kemiskinan .
Menurut pandangan H.S. Pulungan dalam bukunya menuliskan bahwa :
“Ada 5 ciri orang miskin, yaitu kemiskinan, fisik yang lemah, kerentanan, keterisolasian dan ketidakberdayaan ” [3] kemiskinan yang dimaksudkan oleh H.S.Pulungan adalah seseorang yang selalu kekurangan uang (materi) untuk membeli makanan pokok sehari-hari, termasuk juga didalamnya kekurangan sandang, dan tdak memiliki rumah yang sah milik sendiri. Fisik yang lermah berarti orang yang miskin yang tidak memiliki daya tahan terhadap penyakit karena kurangnya gizi makanan. Sementara kerentanan adalah orang miskin yang selalu mudah untuk mendapat masalah baik masalah penyakit ataupun masalah keuangan.
Keterisolasian juga dijelaskan oleh HS. Pulungan yang artinya adalah orang miskin terikat dengan kehidupan mereka yang miskin sehingga mereka tidak mampu untuk mencoba sesuatu yang baru, misalnya sekolah hal itu mengakibatkan mereka tidak bisa bebas mengekspresikan kemampuan mereka. Sedangkan ketidakberdayaan berarti orang yang miskin yang tidak memiliki kemampuan untuk berkarya dan membela hak-haknya. [4]
Jika kita memberikan pendapat tentang pemulung adalah orang yang berhubungan dengan kurangnya ekonomi walaupun kata “miskin” adalah relatif tergantung dari bagaimana orang memandang dirinya sendiri. Dengan kerelatifan itu maka dari segala sudut kita dapat melihat bagaimana kemiskinan itu sendiri.
“Karena kemiskinan itu dapat dipandang dari berbagai sudut maka perbedaan pertama yang segera terlihat adalah kemiskinan fisik dan kemiskinan spiritual. Ada sekelompok orang yang yakin biarlah miskin didunia asalkan tidak miskin di akhirat. Ada juga yang yakin bahwa kemakmuran (jalan menuju) akhirat tidak dapat digabungkan dengan kemakmuran dunia. Dalam tulisan ini, persoalan pengentasan kemiskinan itu lebih difokuskan pada pengertian kemiskinan fisik, dengan tetap menyadari bahwa kemiskinan spiritual itu tetap ada, bahkan kadang-kadang ada kaitan timbal balik antara kemiskinan fisik dan kemiskinan spiritual” [5]
hampir sama halnya dengan Mulyanto Sumardi yang dalam bukunya kemiskinan dan kebutuhan pokok menuliskan bahwa :
“ciri kemiskinan antara lain :
1. Kekurangan nilai gizi, makanan jauh dibawah normal/ bukan kurang makan
2. Hidup yang morat- marit
3. Kondisi kesehatan yang menyedihkan
4. Pakaian selalu kumal tak teratur
5. Tempat tinggal yang jauh dari memenuhi syarat kebersihan dan kesehatan (sempit, pengap, kotor)
6. Keadaan anak-anak yang tidak terurus/ dibiarkan bergelandangan memenuhi kebutuhan masing-masing
7. Tidak mampu mendapatkan pendidikan formal/ non-formal (ketiadaan biaya dan lemah kecerdasan)” [6]

Dengan adanya ciri-ciri diatas komunitas pemulung di Simpang Kongsi ternyata memang benar-benar sebuah komunitas miskin, dengan kata lain orang miskin adalah melaratdan malang, sakit dan membutuhkan pakaian ala kadarnya. Kita dapat tambahkan lagi: baginya cukuplah sekedar dapat mempertahankan hidup. Ia adalah peminta-minta hidup dari sedekah orang lain, mengambil sisa-sisa kepunyaan orang sama halnya dengan pemulung yang memungut sampah-sampah yang telah dibuang orang lain dan dimanfaatkan.
Para pemulung di Simpang Kongsi harus berjuang pada pagi hari dan pada sore harinya mereka barulah mendapat makanan yang mereka dapat dari hasil penjualan plastik asoi yang dikumpulkan dan timbang kepada seorang tokeh tetap. Pemulung ini harus menjualnya kepada tokeh tetap itu walaupun ada tokeh lain yang membuat harga lebih tinggi dari tokeh mereka sendiri, hal itu terjadi karena rata-rata para pemulung ini menempati rumah kontrakan sang tokeh tersebut, jika pemulung melanggar maka mereka akan diusir dari kontrakan itu. Sama halnya dengan ketidakberdayaan pemulung untuk memberontak karena pada dasarnya orang miskin selalu dibawah dan tidak boleh bicara.
Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada zaman modern. [7]
Kemiskinan dalam berbagai bidang ini disebut dengan kemiskinan plural. Menurut Max Neef et.al, sekurang-kurangnya ada 6 macam kemiskinan yang ditanggung komunitas, yaitu:
Kemiskinan sub-sistensi, penghasilan rendah, jam kerja panjang, perumahan buruk, fasilitas air bersih mahal
Kemiskinan perlindungan, lingkungan buruk (sanitasi, sarana pembuangan sampah, polusi), kondisi kerja buruk, tidak ada jaminan atas hak pemilikan tanah.
Kemiskinan pemahaman, kualitas pendidikan formal buruk terbatasnya akses atas informasi yang menyebabkan terbatasnya kesadaran atas kemampuan dan potensi untuk mengupayakan perubahan.
Kemiskinan partisipasi, tidak ada akses dan kontrol atas proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas.
Kemiskinan identitas, terbatasnya perbauran antar kelompok sosial, terfragmentasi.
Kemiskinan kebebasan, stress, rasa tidak berdaya, tidak aman baik ditingkat pribadi maupun komunitas. [8]
Bila ditinjau dari konsep kebutuhan, maka 6 macam kemiskinan ini bisa diatasi dengan memenuhi kebutuhan praktis sedang kemiskinan yang lain diatasi dengan pemenuhan kebutuhan strategis.

Pemulung

Seperti yang sudah dijabarkan pada bab 1, istilah pemulung sering di identikkan dengan kata “orang miskin” yang arti sederhananya adalah orang yang berhubungan dengan keadaan ekonomi serba kekurangan dan kehidupan sosial yang selalu dikucilkan atau tidak diperhatikan orang. Tetapi istilah “pemulung” yang sama dengan miskin ini bukanlah istilah yang mutlak tetapi istilah yang relatif.
Menurut Wolfgang Stegemann menuliskan bahwa:
“Kemiskinan adalah istilah yang relatif. Pengertian semula dari istilah ini menggambarkan syarat kehidupan manusia secara lahiriah, ekonomis dan sosial ! kenyataan hidup yang digambarkan di dalampengertian ini tentunya sangat bergantung pada situasi sosial ekonomi masyarakat umumnya dan tempat yang bersangkutan itu sendiri secara khusus” [9]

Dengan relatifnya istilah kemiskinan yang dimana setiap orang merasa kurang dan merasa tidak memiliki. Ada 2 kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat Sumber Daya Alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi karena lembaga-lembaga yang ada dimasyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, sehinggga mereka tetap miskin maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang melulu terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan. [10]
Gereja-gereja juga seharusnya melakukan hal yang sama yakni melakukan pemerataan bukan pertumbuhan , karena dengan difokuskannya hanya kepada pertumbuhan maka akan terjadi perbedaan yang mencolok tetapi jika yang difokuskan adalah pemerataan maka akan ada kesamaan yang baik sekali, dari segi rohani dan secara materi. Demikian akan tercapai satu keseimbangan antara orang kaya dan miskin, keduanya saling memperhatikan.

Secara Etimologi

Berbicara istilah miskin kita menemukan begitu banyak pandangan, bahkan termasuk dari Alkitab sendiri yakni dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Walaupun demikian sekali lagi bahwa istilah miskin itu relatif dan tidak mutlak. Dalam masyarakat kita kata kemiskinan mempunyai arti negatif. Dari kata itu langsung terbayang tentang kehidupan buruh tani atau buruh pabrik beserta keluarganya yang ekonominya serba susah, pemulung, pengemis serta orang-orang yang terabaikan lainnya. Penghasilan mereka tidak mencukupi untuk hidup sebagaimana layaknya sebagai manusia . apalagi orang-orang tuna kerja, tuna wisma dan sebagainya. Kemiskinan semacam itu dengan spontan kita tolak, sebab memalukan dan karena itu mau kita hapuskan dari tengah masyarakat.
“Dalam Perjanjian Baru istilah Yunani yang paling sering digunakan untuk menggambarkan kemiskinan adalah istilah ptochos istilah lain yang banyak kita temukan dalam kesusastraan Yunani kuno adalah penes, yang di dalamPerjanjian Baru hanya kita jumpai dalam II Kor 9: 9, dalam kaitannya dengan sebuah kutipan Perjanjian Lama. Dan istilah penichros yang sejenis dengan itu, hanya terdapat satu kali, yakni dalam Lukas 21: 2. …. Biasanya penggunaan istilah “miskin” dalam Perjanjian Baru dalam arti yang asli dan berhubungan dengan keadaan ekonomi-sosial.” [11]

Kecenderungan pemakaian istilah ptochos untuk menjelaskan kemiskinan, mempunyai dasar dalam situasi kehidupan nyata dari manusia yang bersangkutan, mereka adalah orang yang sangat miskin yang berjuang untuk mengatasi penderitaanya demi mempertahankan hidup yang lebih lama lagi. Jika dibandingkan antara ptochos dan penes, maka seorang ptochos tidak memiliki sesuatu apapun juga sedangkan seorang penes masih memiliki sedikit harta, namun ia harus hidup menghemat. [12]
Kata-kata yang dipakai dalam Alkitab untuk menunjukkan orang miskin sudah membuktikan bahwa kemiskinan dipandang sebagai sesuatu yang negatif : orang tertekan, terbungkuk (ani) orang yang bergantung kepada orang lain (dal), orang berkebutuhan sehingga harus meminta-minta (ebyon, ptochos). Dengan kata-kata itu, orang-orang miskin sudah digambarkan berada dalam keadaan yang ditolak dan diprotes. [13]
Pola Hidup Pemulung

Pola hidup berarti suatu sistem kehidupan yang sehari-harinya dilakukan dan diaplikasikan mengakibatkan suatu bentuk kebiasaan atau cara kerja yang selalu dilakukan. Sebagai contoh, manusia memiliki pola hidup sebagai makhluk yang konsumtif. Demikian halnya dengan para pemulung di Simpang Kongsi ini mereka memiliki pola hidup yang sangat khas dibandingkan dengan masyarakat-masyarakat lain yang memiliki pekerjaan di luar pemulung.
Para pemulung di Simpang Kongsi ini memiliki pola hidup yang sangat menyedihkan. Setiap harinya para pemulung memiliki jam-jam kerja yang sudah terpola dengan baik dan rutin dikerjakan setiap hari. Tepat pada pagi harinya para pemulung akan mempersiapkan dirinya untuk berangkat pagi-pagi benar untuk berlomba sampai di tempat pembuangan sampah. Setiap keluarga pemulung telah membawa segala perlengkapan, baik makanan atau minuman dan gancu sebagai alat untuk mengambil sampah-sampah tersebut. Para pemulung ini mendapatkan hasil yang dicari pagi untuk makan malam.
Pengalaman yang paling menusuk perasaan penulis melihat pria-wanita dan anak-anak mengais sisa makanan di tempat pembuangan sampah. John Stott dalam bukunya menuliskan bahwa “pria dan wanita dan anak-anak mengais-ngais sisa makanan ditempat pembuangan sampah tak ubahnya anjing-anjing. Memang, kemiskinan yang amat sangat sungguh merendahkan martabat. Manusia dijabarkan menjadi setingkat dengan binatang.” [14] Bagaimana rasanya jika kita dalam posisi demikian maka sangat peliknya dan lengkaplah penderitaan itu. Tetapi pada faktanya keberadaan manusia yang demikian hanya menjadi bahan atau objek orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Para pemulung yang tinggal di Simpang Kongsi ini adalah satu komunitas yang memiliki pola hidup yang sangat rentan dengan bahaya yang mengancam maut. Ada beberapa pola kehidupan pemulung yang sangat mencolok dilihat, pola kehidupan tersebut adalah pola yang bersifat negatif, salah satunya adalah tabiat berjudi, kebiasaan pergi ke warung-warung “tuak” dengan kondisi yang setiap malam harus menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan teman-teman mereka. Karena dengan adanya kebiasaan tersebut maka muncul suatu pola kehidupan. Pola kehidupan pemulung yang ada ternyata adalah juga merupakan pola kehidupan yang menjadikan miskin. Kekurangan individu yang tertentu boleh mencetuskan kemiskinan. Kelemahan individu ini biasanya kelemahan yang ketara dan boleh menyebabkan seseorang itu miskin, walaupun dia berada dalam suatu masyarakat yang penuh dengan peluang rezeki. Kelemahan individu ini adalah seperti berikut:
1. Tabiat Berjudi
Tabiat berjudi adalah satu amalan yang menyebabkan sesorang itu miskin. Ini adalah karena orang yang berjudi, khususnya mereka yang ketagihan berjudi, akan banyak kehilangan harta dalam aktiviti berjudi, dan mereka seringnya hilang tumpuan dalam pekerjaan karena melekat dalam perjudian.
2. Ketagihan Dadah
Orang yang ketagihan dadah sukar untuk melaksanakan suatu pekerjaan karena badan mereka lemah. Ketagihan dadah artinya adalah kebiasaan mabuk atau minum minuman keras. Mereka juga akan banyak kehilangan harta dalam membeli dadah. Kemisikinan yang dihadapi oleh mereka adalah berpanjangan karena ketagihan dadah adalah sesuatu yang amat sukar untuk dilepaskan.
3. Sakit Badan
Dengan lemahnya fisik dapat mengakibatkan seseorang tidak bisa melakukan aktifitas pekerjaan mereka sehingga akibatnya orang tersebut tidak bisa mendapatkan uang yang cukup. Sakit badan merupakan salah satu penyebab kemiskinan, jadi kesehatan tubuh sangat perlu dalam kehidupan.
4. Masalah Kepribadian
Pada umumnya yang menyebabkan kemisikinan ialah sikap malas. Sikap malas itu dicerminkan dalam tingkah laku seperti suka berkhayal, suka beromong kosong, dan juga "elak kerja". Orang yang malas adalah kekurangan produktiviti dan mereka akan hilang banyak peluang untuk mencari rezeki. [15]
Bukan hanya pola hidup yang tidak benar itu saja yang menjadikan para pemulung banyak mengalami penderitaan kemiskinan tetapi juga berawal dari sikap hidup mereka yang penuh dengan kekerasan yang sampai pada akhirnya menyebabkan konflik diantara mereka sendiri. konflik seperti peperangan, rusuhan dan sebagainya akan menyebabkan kegiatan ekonomi terbengkalai dan ia juga membinasakan infrastruktur yang penting untuk menjaga kekayaan. Semua ini akan menyebabkan kemiskinan belaka. Menurut teori Marxisme, dalam masyarakat yang mengamalkan ekonomi pasaran bebas, kemisikinan adalah sesuatu yang tidak dapat dielakkan. Dalam masyarakat ini, harta cenderung untuk bertumpu kepada golongan yang terkaya, manakala orang yang misikin cenderung menjadi lebih miskin. Ini adalah karena dalam pasaran bebas, komoditi itu dijualkan kepada mereka yang mampu menawarkan harga yang lebih tinggi. Prinsip ini menyebabkan faktor pengeluargan seperti tanah, cenderung dimiliki oleh golongan terkaya, karena mereka mempunyai kuasa pembelian yang lebih tinggi. Pemilikkan faktor pengeluaran ini akan menyebabkan orang terkaya ini menjadi lebih kaya, dan mereka akan membeli lebih banyak faktor pengeluaran di pasaran bebas. Proses ini akan berlanjut, sehingga golongan terkaya ini memonopoli segala faktor pengeluaran, dan menyebabkan orang lain dalam masyarakat miskin karena tidak memiliki faktor pengeluaran.
Para pemulung memiliki pola hidup untuk mendaur ulang sampah yang ada dan akan dijual kepada seorang yang menampungnya hal ini adalah suatu kebiasaan yang dilakukan. Pola kehidupan yang dilakukan oleh para pemulung ini adalah sudah terkonsep dalam kehidupan mereka sehari-hari. konsep ini adalah memberdayakan pemulung sebagai ujung tombak usaha daur ulang sampah untuk dijual ke pelapak yang memilah sampah menurut kegunaannya. Sampah terpilah dijual ke bandar yang mengolahnya menjadi biji pelet sebagai bahan baku pembuatan alat rumah tangga dan mainan anak2. [16]
Simpang Kongsi seharusnya bisa menjadi outlet barang-barang plastik dari bahan baku plastik asal sampah. Piring, gelas, botol kecap, dan tempat sambal di warung dan penjual makanan kereta dorong banyak terbuat dari bahan baku plastik asal daur ulang sampah. Ketika memberdayakan para pemulung mengelola sampah, terungkap kesulitan hubungan pemulung dengan penguasa dan pejabat lokal. Banyak pemulung tidak memiliki "kartu tanda penduduk (KTP)" sehingga dianggap bukan penduduk sah dan perlu diusir ke luar kota oleh aparat pemerintah kota dan polisi. Tanpa KTP mereka menjadi non-person, tanpa hak legal untuk memiliki tempat hunian sah bebas dari penggusuran. Sebagai non-person mereka juga tidak bisa menikah secara resmi di kantor agama.
Menyadari hal ini, Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia rindu memberdayakan mereka dan memperlengkapi mereka dengan pengetahuan yang baik serta dengan lingkungan bersih sebagai domisili pemulung di Simpang Kongsi-Pancur Batu. Dengan alamat yang menetap diurus KTP pemulung. Dengan kartu ini, resmilah mereka menjadi warga Kota Medan dan terbuka kemungkinan mengurus perkawinan resmi mereka. Hubungan antara pemulung dan gereja terjalin erat dalam kerjasama efektif menanggulangi sampah. Dan penulis percaya dengan adanya kerjasama yang baik maka akan tercapai satu kehidupan pemulung yang baik. Penulis juga berharap ini menjadi harapan kita bersama.
Tinjauan Perjanjian Lama
“Kadang-kadang ada kesan bahwa Allah menjadikan makmur orang-orang benar dengan milik bendawi (Maz 112: 1-3), sekalipun benar bahwa untung berkat kerajinan dan penghematan bagi perseorangan maupun bagi bangsa dapat jelas terlihat bahwa Allah berjanji untuk memberkati mereka yang mentaati perintahNya (Ul 28: 1-14) kemiskinan mereka mungkin adalah akibat bencana alam yang menyebabkan panen rusak, atau karena serbuan musuh penindasan oleh tetangga-tetangga yang berkuasa dan kuat atau karena pemerasan riba” [17]
Warga masyarakat yang kaya wajib membantu saudara yang miskin (Ul 15: 1-11). Jika kita tinjau dari kitab Ulangan ini maka dalam bagian ini ada prioritas untuk orang-orang miskin yang memiliki hutang akan mendapatkan pelunasan ketika tahun penghapusan utang tiba. “inilah cara penghapusan itu: setiap orang yang berpiutang harus menghapuskan apa yang dipinjamkan kepada sesamanya atau saudaranya karena telah dimaklumkan penghapusan hutang demi TUHAN” [18]
Dalam Perjanjian Lama, para penulis Perjanjian Lama melihat kemiskinan sebagai aib sosial yang tidak diinginkan dan harus dihapuskan, bukan dibiarkan, serta menganggap orang miskin (tercakup didalamnya para janda, yatim piatu dan pendatang asing) sebagai manusia yang diayomi bukan dipersalahkan.
Berbicara mengenai kemiskinan ditengah-tengah bangsa Israel dalam Perjanjian Lama menegaskan bahwa kemiskinan mereka mungkin adalah akibat bencana alam yang menyebabkan panen rusak atau karena serbuan musuh, penindasan oleh tetangga-tetangga yang berkuasa dan kuat atau karena pemerasan riba. [19] Perjanjian Lama menjelaskan bahwa yang paling menderita akibat kemiskinan adalah anak-anak yang tidak mempunyai bapak lagi, janda-janda dan orang-orang asing yang tidak memiliki tanah. Mereka sering menjadi korban penindasan. Dengan adanya kemiskinan maka paradigma orang sering sekali mengacu kepada kemiskinan yang bersifat duniawi atau materi.
Tidak akan ada orang miskin, demikian perjanjian Lama secara khusus dalam kitab Ulangan 15: 5 menegaskan bahwa jika bangsa Israel mendengarkan baik-baik suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan dengan setia segenap perintah yang diberikan Tuhan kepada mereka sebab sungguh Tuhan akan memberkati bangsa Israel di negeri yang diberikan Tuhan Allah, kepada mereka untuk menjadi milik pusaka. [20] Berbeda dengan kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian Lama, Mazmur, beberapa pemazmur sulit memahami mengapa dalam beberapa kasus, kemewahan jatuh di tangan orang jahat didasarkan terus pada materi, maka nampaknya sia-sia melayani Tuhan. Tetapi itu hanya masalah yang dilukiskan secara subjektif. Tetapi pada akhirnya orang jahat akan tiba pada kebinasaan, sedangkan orang benar akan menikmati pemilihan kekayaan yang paling akbar yaitu pengenalan akan Allah sendiri.
Sejumlah studi penelitian materi Alkitab telah dilakukan dan dipublikasikan. Studi ini difokuskan pada Perjanjian Lama, dimana rangkaian kata untuk kemiskinan, yang datangnya dari 6 akar kata Ibrani, muncul lebih dari 200 kali. Cara mengelompokkannya bisa bermacam-macam. Tetapi pembedaan menurut prinsip yang terkandung dalam kata-kata itu ada 3. Pertama, ditinjau dari segi ekonomi, ada orang yang miskin karena ketiadaan materi, mereka yang terkucoil sama sekali dari segala kebutuhan hidup primer. Kedua, ditinjau dari segi sosial, ada orang yang miskin akibat penindasan, yang merupakan korban ketidakadilan, dan tidak berdaya. Ketiga, tinjauan dari segi spiritual, ada orang miskin yang rendah hati, yang sadar akan ketakberdayaannya dan mengharapkan pertolongan hanya dari Allah semata-mata. Dalam masing-masing kasus ini Allah tampil sebagai yang datang menjumpai mereka untuk membela mereka, sesuai sifat unikNya, bahwa ‘Ia menegakkan orang-orang yang hina dari dalam debu’.
Kelompok pertama, yaitu orang yang miskin secara materi, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka yang paling primer. Tidak hanya pangan, atau pakaian, atau rumah, atau ketiga-tiganya. Kadang-kadang, para penulis Alkitab menunjuk kepada kemungkinan kemiskinan mereka akibat dosa mereka sendiri, entah dosa kemalasan, pemborosan atau kelahapan. Kitab Amsal banyak berbicara tentang ini. Pemalas-pemalas disuruh belajar kepada semut, memperhatikan perilakunya agar menjadi orang yang bijaksana. Sebab semut mengumpulkan makanan dimusim panas, sedang pemalas tidak bangun-bangun dari tempat tidurnya: ‘tidur sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring-maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata’ (Amsal 6:6-11).
Erat kaitannya dengan kemalasan sebagai penyebab kemiskinan, ialah hawa napsu serakah seorang rakus dan peminum:’sipeminum dan sipelahap menjadi miskin, dan kantuk membuat orang berpakaian compang-camping ’ (Aqmsal 23:21).
Namun, bukan kemiskinan individual saja akibat dari dosa, seperti diakibatkan oleh dosa-dosa khusus ini. Juga kemiskinan nasional, kemiskinan selaku bangsa, adalah akibat dari dosa. Sebab pada masa teokrasi, tatkala Allah memerintahkan umat-Nya di Israel, Ia berjanji akan memberkati ketaatan mereka dengan kesuburan tanah dan kebun, dan mengutuk ketidaktaatan mereka dengan kegersangan.[21]

Namun, pada umumnya, para penulis Perjanjian Lama melihat kemiskinan sebagai aib sosial yang tidak di inginkan dan harus dihapuskan, bukan dibiarkan, serta mengangap orang miskin (tercakup didalamnya para janda, yatim piatu dan pendatang asing) sebagai manusia yang harus di ayomi, bukan dipersalahkan. Mereka dianggap bukan sebagai orang berdosa, melainkan sebagai ‘the sinned against’, terhadap siapa yang berdosa. [22]

Perlakuan Terhadap Orang Miskin

Berbicara masalah tindakan atau perlakuan banyak orang terhadap orang miskin, terkadang membuat suatu diskriminasi yang sangat mencolok antara orang miskin dan orang kaya. Secara umumnya kemiskinan ialah suatu keadaan dimana seseorang itu kekurangan bahan-bahan keperluan hidup. Dalam masyarakat modern kemiskinan biasanya disamakan dengan masalah kekurangan uang dari hal itulah yang membedakan antara orang miskin dan orang kaya sehingga menimbulkan perbedaan perlakuan atau sikap yang jelas mendiskriminasikan.
Dengan dilatarbelakangi perbedaan itu maka tidak jarang kita mendengar pendapat bahwa tindak kekerasan terjadi disebabkan oleh kemiskinan. Bahkan sampai ada yang mengatakan bahwa orang miskin memang gampang ngamuk. Memang, bukan sekali dua kali kita mendengar atau membaca bahwa di kawasan kumuh yang penuh penduduk miskin terjadi tindak kekerasan. Ada masalah sedikit, langsung terjadi main pukul, tusuk dan seterusnya. Namun, rasanya terlalu berlebihan bila sampai menyebut orang miskin cenderung melakukan kekerasan. [23]
Telah jelas dijabarkan bahwa dalam Perjanjian Lama orang-orang miskin salah satunya adalah yatim piatu. Dalam masa itu bangsa Israel memperlakukan mereka dengan sangat baik. Mengasuh yatim piatu sudah merupakan keprihatinan orang Israel sejak zaman paling dini, demikian juga bangsa-bangsa sekitar. Peraturan Perjajian Lama (Kel 22: 22) dan khususnya peraturan Ulangan sangat prihatian terhadap kesejahteraan mereka (Ul 16: 11), melindungi hak-hak mereka atas warisan, memampukan, melindungi hak-hak mereka, memampukan mereka mengikuti pesta-pesta besar tahunan dan menjamin mereka beroleh bagian dari persepuluhan hasil bumi (Ul 26: 12). Dan secara khusus dinyatakan bahwa Allah membela hak mereka (Ul 10: 18), dan terkutuk orang yang memperkosa hak mereka (Ul 27: 19). [24]
Allah teristimewa prihatin terhadap yatim piatu (Maz 10: 14, 18) khususnya ketika tidak ada yang menolong mereka (Maz 27: 10). Dengan gamblang Alkitab menyatakan bahwa keadilan tidak diberlakukan kepada yatim piatu; keadaan mereka sangat menyedihkan, sebab mereka telah disamun dan dibunuh (Yes 10: 1-2). Sering mereka menjadi korban penindasan,tapi Tuhan menjadi pembela mereka. Taurat memerintahkan untuk mengadakan persediaan bagi mereka. Tapi sering orang-orang kayalah yang menjadi penindas, sehingga orang miskin hampir menjadi sinonim bagi orang-orang saleh (Maz 14: 5,6). Betapa Allah yang mengasihi orang
Miskin, hal itu pula yang seharusnya membuat orang harus menghasihi sesamanya, karena dengan hati yang mau mengasihi kaum miskin yang mengalami penolakan dan tidak diperhitungkan maka Allah akan membalaskanya kepadamu.
Tidak hanya di tengah-tengah bangsa Israel pada waktu itu tetapi pada zaman sekarangpun ternyata perlakuan yang samapun diusahakan oleh pemerintah tetapi hal itu bukanlah sesuatu yang diutamakan lagi karena semakin hari semakin besar rasa keegoisan manusia terhadap sesamanya, hal itu juga terjadi karena semakin sulitnya hidup di tengah-tengah perkembangan zaman yang semakin maju. Pendek kata, kemiskinan merupakan persoalan yang maha kompleks dan kronis. Karena sangat kompleks dan kronis, maka cara penanggulangan kemiskinan pun membutuhkan analisis yang tepat, melibatkan semua komponen permasalahan, dan diperlukan strategi penanganan yang tepat, berkelanjutan dan tidak bersifat temporer.
Sejumlah variabel dapat dipakai untuk melacak persoalan kemiskinan, dan dari variabel ini dihasilkan serangkaian strategi dan kebijakan penanggulangan kemiskinan yang tepat sasaran dan berkesinambungan. Dari dimensi pendidikan misalnya, pendidikan yang rendah dipandang sebagai penyebab kemiskinan. Dari dimensi kesehatan, rendahnya mutu kesehatan masyarakat menyebabkan terjadinya kemiskinan. Dari dimensi ekonomi, kepemilikan alat-alat produktif yang terbatas, penguasaan teknologi dan kurangnya keterampilan, dilihat sebagai alasan mendasar mengapa terjadi kemiskinan. Faktor kultur dan struktural juga kerap kali dilihat sebagai elemen penting yang menentukan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Tidak ada yang salah dan keliru dengan pendekatan tersebut, tetapi dibutuhkan keterpaduan antara berbagai faktor penyebab kemiskinan yang sangat banyak dengan indikator-indikator yang jelas, sehingga kebijakan penanggulangan kemiskinan tidak bersifat temporer, tetapi permanen dan berkelanjutan.

Pemeliharaan Tuhan Bagi Orang Miskin

Adanya pengkotak-kotakkan yang dilakukan oleh beberapa orang yang merasa diri mampu dan berpendidikan, hal ini menjadikan orang tersebut lebih dari pada orang-orang miskin yang ada maka hal ini menjadi hal yang sangat salah. Allah tidak pernah membedakan antara suku yang satu dan suku-suku yang lainnya, seolah-olah ada suku yang sangat menjadi perhatian Tuhan. Hal yang demikian bertabrakan dengan sifat kemahaadilan Allah. Apalagi terhadap kaum miskin, Allah tidak membedakan kasihnya antara orang miskin dan orang kaya, tidak ada yang lebih diberikan Allah kepada orang kaya karena semuanya punya kelemahan dan kekuatan. Tetapi Allah membedakan antara orang yang takut akan Allah dengan orang yang tidak takut akan Allah.
Dalam Perjanjian Lama pemeliharaan Allah kepada kaum yang lemah adalah dengan cara Allah mremberikan makan seluruh bangsa Israel ditanah perjanjian yang sudah disediakan oleh Allah. Antara Allah dan kaum miskin terkadang orang berpikir layakkah mereka dipelihara, dan mendapat penghidupan yang layak. Dalam berbagai cara Allah telah mengungkapkan perhatian besar bagi kaum miskin, yang kekurangan. Ia menyatakan diriNya sebagai tempat perlindungan mereka (Maz 14: 6; Yes 25: 4) pertolongan mereka (Maz 40: 18; 70: 6), pelepas mereka (I Sam 2: 8; Maz 12: 6), dan pemelihara mereka (Maz 10: 14; 68: 11; 132: 15).
Ketika Allah menyatakan TauratNya kepada bangsa Israel Dia menyediakan berbagai cara untuk menghapuskan kemiskinan diantara mereka (Ul 15: 7-11). Dia menyatakan tujuan keseluruhannya bagi mereka sebagai berikut. “maka tidak akan ada orang miskin diantaramu, sebab sungguh Tuhan akan memberkati engkau dinegeri yang diberikan Tuhan, Allahmu kepadamu untuk menjadi milik pusaka” (Ul 15: 4). Di dalam tauratNya Allah melarang hal membungakan uang yang dipinjamkan kepada orang miskin. Jikalau orang miskin memberikan suatu jaminan bagi pinjamannya, maka orang yang meminjamkan uang harus mengembalikan jubah (sekiranya jubah yang jadi jaminan) itu sebelum matahari terbenam. Demikian Allah berusaha untuk melindungi orang miskin dari pemerasan oleh orang yang berharta dan menjamin keadilan untuk mereka. [25]
Begitulah Tuhan, Allah kita itu. Tidak ada Allah lain seperti Dia. Sebab kekuasaanNya yang pertama bukan berteman dengan orang-orang kaya dan termasyur. Ciri khas Allah ialah kegemaranNya khusus untuk membela orang-orang yang hina dina, melepaskan mereka dari kesengsaraan mereka, dan mengubah mereka menjadi bangsawan. Penegasan ini berulang-ulang diberikan dan diperlihatkan contohnya dalam Alkitab, biasanya dengan pengaruh yang wajar, bahwa Allah yang meninggikan orang yang hina, merendahkan orang yang congkak. Inilah inti sari puji-pujian Hana, tatkala sudah bertahun-tahun mandul, ia melahirkan Samuel, putranya: “Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang-orang yang miskin dari dalam lumpur, untuk menundukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan. (I Sam 2: 8)” [26]
Ini jugalah tema nyanyian anak dara Maria tatkala mengetahui bahwa ia (bukan wanita tersohor agung atau kaya) telah terpilih menjadi ibu dari Mesias. Allah telah memperhatikan rendahnya kedudukan Maria, demikian ia katakan; yang maha kuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan yang besar melalui dirinya, dan karena itulah ia bersyukur kepada Allah dan memuji Dia.
Dalam Taurat, umat Allah diperintahkan jangan mengeraskan hati mereka atau mengepal tangan (tidak mau memberi) terhadap saudaranya yang miskin, baik laki-laki maupun perempuan, melainkan harus dengan jiwa besar membawa mereka ke rumahnya dan memberi makan mereka secara cuma-cuma. Jika ia meminta barang jaminan, ia tidak diperbolehkan memasuki rumah peminjam untuk mengambil barang jaminan itu, melainkan harus berdiri dengan hormat dan menunggu sampai barang itu dibawa keluar dan diserahkan kepadanya. Sumbangan atau pertolongan untuk yang miskin adalah kewajiban sanak saudara terhadap anggota-anggota kelompoknya. Jadi, jelas dalam Perjanjian Lama bagaimana pemeliharaan Allah kepada kaum miskin dan yang membutuhkan pertolongan dari Allah bahkan dari orang-orang yang percaya pada masa itu.

Tinjauan Perjanjian Baru

Istilah kemiskinan dalam Perjanjian Baru dalam arti yang asli dan berhubungan dengan keadaan ekonomi-sosial. Satu kekecualian terdapat dalam Galatia 4: 9 dimana Paulus mengatakan “roh-roh dunia” selaku yang miskin. Oleh sebab itu haruslah diperhatikan bahwa justru karena pemakaian arti kiasan dari istilah-istilah miskin dalam Perjanjian Baru itulah dapat terlihat asosiasi dari pembaca-pembaca injil pada zaman itu, mengenai keadaan orang miskin yang sebenarnya.
Orang-orang miskin adalah melarat, dan malang, sakit dan membutuhkan pakaian ala kadarnya, baginya cukuplah sekedar dapat bertahan untuk hidup. Pada umumya dalam Perjanjian Baru orang-orang miskin selalu disebut dalam satu rentetan dengan orang yang sakit; orang yang cacat,buta, lumpuh, dan lain sebagainya. Mereka tergolong pada orang miskin (Luk 14: 13,21; 4: 18f; Mat11: 5; 25: 35f; band. Jiga Gal 4: 9). Lazarus sebagai simbol orang miskin, berbaring sakit di depan pintu seorang yang kaya dan berharap mendapat sesuatu yang jatuh dari meja orang kaya itu, untuk sekedar menghilangkan rasa laparnya (Luk 16: 20). [27]
Berbeda dengan kitab Wahyu yang benar-benar menunjukkan keadaan seseorang yang sangat miskin, jika ia disebut telanjang (gymnos). Bartimeus yang buta masih memiliki sehelai jubah tetapi itu mungkin suatu kekecualian menurut ukuran Palestina, karena bagi seseorang pengemis tidak mungkin dapat membeli sehelai jubah. Dalam keadaan telanjang, maksudnya hanya mengenakan pakaian compang- camping dan dengan terpaksa kedinginan (Yak 2: 16); suatu pertanda bagi orang-orang miskin. Hal seperti ini juga terlihat dalam Matius 25: 36). Kitab Ayub telah menerangkan (24: 10; band. Mat 5: 40, bahwa bagi orang miskin secara harafiah, kemejanya pun masih mungkin disita. Dengan demikian Matius 6: 25 juga dapat dianggap bahwa orang miskin yang disebut disini sama sekali tidak lagi mengenakan sesuatu apapun. [28]
Dalam suatu hubungan yang tidak langsung dengan hal pakaian yang sewajarnya dari orang-orang miskin sering juga disebut dalam Perjanjian Baru tentang kekurangan makanan yang absolut. Kemiskinan berarti menderita kelaparan dan kehausan hubungan ini telah disinggung dalam Lukas 3: 11 dan juga terdapat di dalam Matius 25 : 35f; 6: 25 dan Yakobus 2: 15f. Ucapan bahagia terhadap orang miskin dalam Lukas 6: 20 menunjukkan keadaan orang miskin yang menderita kelaparan dan dukacita. Orang miskin tidak mengetahui apakah ia masih mempunyai makanan atau minuman untuk hari ini; mereka begitu saja berada di ujung kematian karena kelaparan (Mat 6: 25f). Dari keadaan mereka yang digambarkan dalam Yakobus 2: 15f kita dibawa kepada pengertian, apabila mereka diperbincangkan, bahwa mereka adalah telanjang dan tanpa memiliki jaminan akan memperoleh makanan sehari-hari, dan bahwa baginya ada sesuatu yang kurang yaitu apa yang paling dibutuhkan oleh seseorang bagi tubuh dan hidupnya. [29]

Tanggung Jawab Orang Percaya Kepada Orang Miskin

Dalam Perjanjian Baru Allah juga memerintahkan umatNya untuk menunjukkan perhatian yang mendalam kepada orang miskin dan kekurangan, khususnya mereka yang ada di dalam gereja. Sebagai orang yang percaya kepada Yesus seharusnya visiNya Yesus adalah juga menjadi visi kita karena sebagai anak maka Allah menuntut kita melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Yesus. Banyak orang yang beranggapan bahwa tanggung jawab akan kehidupan orang miskin adalah tangungg jawab pemerintah saja.
Kemiskinan sebagai masalah nasional, tidak dapat hanya diselesaikan oleh pemerintah melalui berbagai kebijaksanaan pembangunan, tetapi juga harus menjadi tanggung jawab bersama bagi semua pelaku pembangunan termasuk masyarakat itu sendiri. Kunci pemecahan masalah kemiskinan adalah memberi kesempatan kepada penduduk miskin untuk ikut serta dalam proses produksi dan kepemilikan aset produksi. [30]

Tanggung jawab yang dilakukan oleh setiap orang percaya adalah tanggung jawab yang tidak mudah tetapi Allah yang menuntut kita untuk melakukan yang terbaik kepada sesamanya tanpa harus melihat siapa itu orang kaya dan siapa pula yang menjadi orang miskin, semua sama di hadapan Allah.
Menyatu dengan kaum miskin merupakan unsur paling dasar dari seluruh proses pembangunan orang percaya. Inilah dasar bagi unsur-unsur lainnya dan pondasi bagi tindakan dan kegiatan yang bisa dikerjakan bersama dengan orang percaya.
Akan tetapi, apakah maksudnya menyatu dengan kaum miskin? Banyak diantara kami (Filiphina) percaya bahwa bukan banyaknya tindakan pengorbanan perasaan sebagai titik pijakan. Tidaklah mudah memutuskan untuk melayani mereka jika hanya memiliki rasa cinta yang samar-samar dan kurangnya pemahaman terhadap kaum miskin. Dan yang dimaksudkan dengan titik pijakkan adalah jawaban yang kami berikan atas pertanyaan ‘siapa yang kita layani ?’ : kaum miskin atau orang yang membuat mereka miskin dan sistem dosa yang mereka hadirkan? Dalam konteks Filiphina, apakah kaum miskin ataukah para pedagang besar, tuan tanah, politisi, dan militer yang membangun suatu regim autokrasi dibawah cegkraman Amerika ?. [31]

Karena perhatian mendalam pada kaum miskin dalam perjuangan menuju kesejahteraan, demokrasi, kemajuan sosial dan kemanusiaan penuh, melayani mereka berarti melayani perjuangan yang adil dan legitim. Akan tetapi, ketika melemparkan undi kepada kaum miskin kita sebagai orang Kristen terpanggil untuk berdoa supaya Roh Kudus memberikan rahmatNya kepada kita untuk berjumpa dengan Kristus dalam diri saudara-saudara kita yang miskin, mengalami pertobatan baru kepada Kristus dalam diri orang miskin, dan melayani mereka dalam Kristus. Oleh sebab itu, yang dimaksud dengan miskin bukan miskin secara abstrak atau miskin dalam buku-buku sosiologi atau miskin sebagai objek untuk bantuan kesejahteraan, mereka yang miskin dan menderita karena mereka berjuang.

Pelayanan Yesus Kepada Orang Miskin

Salah satu tugas yang dianggap oleh Yesus sebagai misiNya yang dipimpin oleh Roh ialah “menyampaikan kabar baik kepada orang miskin” (Luk 4: 18; Band. Yes 61: 1). Dengan kata lain., Injil Kristus dapat ditegaskan sebagai injil kepada orang miskin (Mat 5: 3; 11: 5; Luk 7: 22; Yak 2: 5). “Orang miskin” adalah orang yang hidup rendah dan yang menderita di dalamdunia, yang berpaling kepada Allah karena kebutuhan yang besar dan mencari pertolonganNya. Pada waktu yang sama mereka itu setia kepada Allah dan menantikan Allah melepaskan umatNya dari dosa, penderitaan, kelaparan dan kebencian yang ada di dalam dunia. Mereka tidak mencari kekayaan dan hidup mereka dalam perkara-perkara dunia.
Allah melihat umatnya dalam kemiskinan dan menyatakan bahwa mereka itu kaya (Why 2: 9). Mereka sama sekali tidak dapat dianggap sebagai orang yang lebih rendah secara rohani atau secara moral. [32] Dalam pandangan Yesus, kekayaan merupakan suatu rintangan terhadap keselamatan dan kemuridan (Mat 19: 24; 13: 22).
Salah satu pernyataan Tuhan yang paling mengejutkan ialah bahwa sebenarnya hampir tak mungkin bagi seorang kaya untuk masuk kerajaan Allah. Namun ini hanya satu dari banyak pandangan Tuhan mengenai kekayaan dan kemiskinan serta memberikan pandangan yang oleh rasul-rasul alam beberapa surat kiriman Perjanjian Baru. [33]

Oleh sebab itu, sebagian besar pelayanan Yesus adalah kepada orang miskin dan yang kurang beruntung di dalammasyarakat Yahudi yang kelihatannya tidak diperdulikan orang seperti meraka yang tertindas (Luk 4: 18-19). Gerakan yang ada diantara orang Yahudi di Palestina yang berhubungan dengan nama Yesus adalah suatu gerakan dari orang-orang miskin dan untuk orang miskin.
Sebagai Anak tukang kayu, adalah lazim bila Yesus menjadi tukang kayu. Hal ini dianggap sebagai bukti bahwa Ia tidak tergolong pada orang miskin. Motivasi keputusannya untuk memihak orang-orang miskin hanya dianggap karena alasan etis dan kepartaian saja. Satu alasan yang paling kuat untuk ini adalah kenyataan yang tidak dapat disangkal, bahwa pekerjaan tukang kayu ini tidak pernah dianggap hina. [34]

Hal itu bagi penulis bukanlah sesuatu yang benar karena sudah jelas sekali bahwa Yesus bukanlah seorang yang munafik dan hanya memikirkan hal jabatan. Sungguh memang Yesus sendiri adalah seorang yang mau melayani dan memang memiliki kasih kepada setiap orang, secara khusus komunitas miskin. “Yesus dan para pengikut-Nya bukanlah pengemis profesional, tetapi mereka prihatin dengan keadaan teman-teman sedaerahnya. Keprihatinan pengikut-pengikut Yesus nampak dalam konflik tentang Sabat (Mark 2: 23-28)” [35]

Tinjauan Sejarah Gereja

. Gereja pada masa lalu adalah gereja yang mengalami banyak pasang surut terutama dalam pemberdayaan jemaat-jemaatnya yang miskin. Dalam arti bahwa kemiskinan memang sudah merambah diberbagai tempat. Dimulai dari masa penjajahan sebelum gereja-gereja berkembang dan samapi pada akhirnya gereja memulai pelayananya.
Tetapi yang menjadi masalahnya adalah apakah gereja memiliki hati untuk membawa kaum miskin ini kepada Tuhan. Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia di Simpang Kongsi memulai pelayanannya tepat pada tanggal 20 April 2003. Sejak awal memiliki visi untuk menjangkau komunitas marginal didaerah itu bagi kemuliaan Tuhan. Gereja ini menyadari betapa sulitnya kehidupan seseorang jika dalam keadaan multi kekurangan, kesadaran ini mendorong Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia di Simpang Kongsi menetapkan visi dan misi untuk mengembangkan kehidupan para pemulung. Sangat sulit untuk bisa masuk dalam kehidupan mereka, karena bagi mereka kehidupan mereka sudahlah cukup dengan mengambil sampah-sampah.
Gereja-gereja seharusnya mampu untuk mengembangkan potensinya untuk lebih lagi membawa kaum miskin kepada Tuhan. Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia bangga akan visi yang diberikan Tuhan, walaupun dengan satu kata yang sering menjadi tantangan “tidak ada uang yang didapat di sana” tetapi hal itu bukanlah suatu tantangan yang berat karena Tuhan yang mengatur semua berkat untuk setiap orang.

Tinjauan Teologis

Marxisme adalah sebuah filsafat sekuler ateistis modern. Terbukti bahwa visi marxisme bagi komunitas global memikat imajinasi kader penting para pengambil keputusan somalia, keterpikatan yang sama telah menarik perhatian banyak masyarakat yang belum maju secar keseluruhan. [36] Marxisme masih memiliki daya tarik mengagumkan bagi orang miskin yang di rampas di dunia, dengan diilhami Marxisme mereka bisa memakai tindak kekerasan revolusioner dalam perjuangan melawan orang kaya demi makanan. [37]
Jika hal tersebut ditinjau dari segi Firman Allah maka sesungguhnya hal itu sangat bertentangan. Allah tidak pernah menyampaikan ataupun menciptakan kehidupan atau menjaga kehidupan manusia dengan kekerasan tetapi dengan kasihNya yang besar. Allah telah menyediakan berkat-berkat khusus untuk orang-orang yang meminta dalam namaNya. Bukan dengan tindak kekerasan.
Menurut teori Marxisme, dalam masyarakat yang mengamalkan ekonomi pasaran bebas, kemiskinan adalah sesuatu yang tidak dapat dielakkan. Dalam masyarakat ini, harta cenderung untuk bertupu kepada golongan terkaya, manakala orang yang miskin cenderung menjadi lebih miskin. Ini adalah karena dalam pasaran bebas, komoditi itu dijualkan kepada mereka yang mampu menawarkan harga yang lebih tinggi. Prinsip ini menyebabkan faktor pengeluaran seperti tanah, cenderung dimiliki oleh golongan terkaya, karena mereka mempunyai kuasa pembelian yang lebih tinggi. Pemilikan faktor pengeluaran ini akan menyebabkan orang terkaya ini menjadi lebih kaya, dan mereka akan membeli lebih banyak faktor pengeluaran di pasaran bebas. Proses ini akan melanjut, sehingga golongan terkaya ini memonopoli segala faktor pengeluaran, dan menyebabkan orang lain dalam masyarakat miskin kerena tidak memiliki faktor pengeluaran. [38]
Secara prinsipal ada dua kemungkinan uraian teologis tentang kemiskinan dalam Perjanjian Baru:
Injil adalah dasar dari ungkapan pengharapan, percaya pada diri sendiri dan solidaritas orang-orang miskin itu.
Injil adalah dasar dan ungkapan kesadaran tentang problema, tentang keadaan orang-orang miskin dan solidaritas mereka.
Kedua kemungkinan tersebut menganggap suatu situasi sosial yang berbeda tentang “kelompok-kelompok pelaku” itu yang mempunyai kaitan erat dengan sifat temporalnya, geografisnya dan rasa hormat terhadap kesaksian historis yang tertulis dalam Perjanjian Baru. [39]
Jika ditinjau maka sesungguhnya Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah sama-sama memperhatikan komunitas yang miskin pada zaman itu.

[1] http://www.pu.go.id/publik/P2KP/Des/memahami99.htm

[2] http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/012006/02/teropong/0401.htm

[3] H. S. Pulungan, Pengentasan Kemiskinan, (Medan: Pustaka Widya Sarana, 1994), 23
[4] H. S. Pulungan, Pengentasan Kemiskinan, 23-24
[5] Ibid, 10-11
[6] Mulyanto Sumardi, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, (Jakarta: Rajawali, 1985), 3
[7] http://www.pu.go.id/publik/p2pk/des/memahami99.htm
[8] http://www.pu.go.id/publik/p2pk/okt/struktur00.htm.
[9] Wolfgang, Stegemann, Injil Dan Orang-Orang Miskin, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 1
[10] http: // www.pu.go.id/publik/p2kp/des/memahami99.htm.
[11] Wolfgang, Stegemann, Injil Dan Orang-Orang Miskin, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 2-3
[12] Wolfgang, Stegemann, Injil Dan Orang-Orang Miskin, 3
[13] Eduard. R. Dopo, Keprihatinan Sosial Gereja, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 164
[14] John, Stott, Isu-Isu Global, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 2000), 303.
[15] http://ms.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
[16] http://hasanpoerbo.blogspot.com/
[17] R.E. Nixon, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini 2, “miskin, Kemiskinan” , (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2004), 88.
[18] Ulangan 15: 2
[19] R.E. Nixon, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini 2, “miskin, Kemiskinan” , (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2004), 88
[20] J.G. Baldwin, Tafsiran Alkitab Masa Kini 1, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2005), 325
[21] Stott. John, Isu-isu Global, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000,308
[22] Stott. John, Isu-isu Global, 309
[23] Aloysius Gunadi Brata, http://www.geocities.com/aloysiusgb/shortopinisius/kekerasan dankemiskinan.htm.
[24] J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini 2, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2004), 552.
[25] Donald.C.Stamps.C, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Jakarta: Gandum Mas, 2004), 1410
[26] John. Stoot, Isu-isu Global, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2000, 305-306
[27] Wolfgang, Stegemann, Injil Dan Orang-Orang Miskin, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 5.
[28] Wolfgang, Stegemann, Injil Dan Orang-Orang Miskin,6.
[29] IBID, 6-7
[30] http://www.pu.go.id/publik/P2KP/Okt/struktur00.htm

[31] Enrique.P. Batangan, Komunitas Basis Gerejani, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 54-55
[32] Donald.C.Stamps.C, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Jakarta: Gandum Mas, 2004), 1675
[33] Donald.C.Stamps.C, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, 1675
[34] Wolfgang, Stegemann, Injil Dan Orang-Orang Miskin, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 12
[35] Wolfgang, Stegemann, Injil Dan Orang-Orang Miskin,13
[36] David.W.Shenk, Ilah-ilah Global, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001),421
[37] David.W.Shenk, Ilah-ilah Global, 432
[38] http://ms.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
[39] Wolfgang, Stegemann, Injil Dan Orang-Orang Miskin, 11