Rabu, 29 Juli 2009

Wise Words about Children and Teaching

Children are like butterflies in the wind.Some can fly higher than others, but each one flies the best it can. Wliy compare one against another ? Everyone is diffrent. Each one is special. Each one is beautiful.

It is obvious that children will work harder and do things -- even odd things like adding fractions -- for the people they love and trust.  

To be a teacher is painful, continual and difficult, and it is to be done in kindness, by waiting, by warning, by precept, by praise, but above all, by example. 

A child needs encouragement as a plant needs water.

Remember that our children's spirits are more important than any material things. When we do, self-esteem and love blossom and grow more beautifully than any bed of flowers ever could. 

Unless you try to do some thing beyond what you have already mastered, You will never grow.

 

Ask yourself ..................... How an I changing a child's life with what I teach today ? 

tell me,  I forget. Show me, I remember. Involve me, I understand.

Selasa, 28 Juli 2009

PEMULUNG

PENDAHULUAN


Didunia ini dimana ada orang kaya sudah barang tentu ada orang miskin. Tetapi yang menjadi masalahnya adalah seberapa banyak orang Kristen atau gereja yang mau memperhatikan keadaan orang miskin yakni komunitas marginal, sebagai contoh adalah komunitas pemulung. Alkitab sendiri berbicara banyak tentang bagaimana orang percaya harus memperlakukan orang miskin dan melarat. Dalam berbagai cara Allah telah mengungkapkan perhatian yang besar bagi orang miskin yang kekurangan dan tertindas. [1]

Latar Belakang Masalah

Begitu jauh dari perhatian, komunitas pemulung menjadi suatu komunitas yang terabaikan, mereka yang sering disamakan dengan komunitas “miskin” , yang tentu saja memiliki hak dan kewajiban sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Komunitas pemulung ini lebih cenderung memiliki sikap yang kurang perhatian terhadap dirinya sendiri, karena hidup mereka penuh kekerasan, kelemahan fisik dan intelektual. Bahkan lebih daripada itu ketidakmampuan mereka untuk bersosialisasi atau mengembangkan diri menjadi beban yang sangat besar yang mereka alami.
Untuk bisa hidup lebih baik terkadang mereka lebih memilih untuk tidak bergantung kepada siapapun, termasuk kepada Tuhan yang mereka perjuangkan hanyalah “perut” mereka saja tanpa harus perlu untuk mengenal siapa itu Tuhan, beribadah, doa dan apa itu gereja. Dengan waktu yang ada para pemulung menggunakan waktu itu untuk mencari uang bahkan secara khusus pada hari Minggu.
Dalam koran Kompas yang memuat tentang opini, disana penulis membaca hasil penelitian seorang mahasiswa. Mahasiswa yang sekarang masih studi di Hitotsubashi University, Jepang. Dalam penelitiannya menegaskan bahwa : “jika kita telaah lebih dalam persentase penduduk miskin pedesaan tahun 2006 (21,90 persen) lebih tinggi 2,12 persen dibandingkan tahun 1996 (19,78 persen)”. [2] Dari hal ini penulis melihat betapa kurangnya perhatian terhadap kemiskinan, terkadang sebagian orang hanya akan mengatakan rasa kasihannya saja tanpa mau untuk ambil tindakan yang nyata.
Dengan adanya fakta itu maka penulis merasa penting membahas dan mengangkat judul skripsi ini. Karena keadaan itu, Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia (GPIBI) kmerasa terpanggil untuk ikut berperan menjangkau komunitas pemulung ini dan gereja juga terpanggil untuk memberdayakan mereka. Gereja merasakan dengan kurangnya perhatian kepada para pemulung ini maka gereja GPIBI mengambil bagian untuk meningkatkan kehidupan rohani mereka dengan kata lain menjangkau mereka bagi Kristus dan memberdayakan mereka dalam segala bidang termasuk dalam pekerjaan Tuhan.
Sebagai Penulis yang membahas tentang keberadaan mereka, sekaligus penulis ada didalam pelayanan komunitas pemulung ini merasa terbeban dan ingin rasanya memberikan mereka suatu dorongan untuk menjadi yang lebih baik.
Namun untuk itu diperlukan adanya kerelaan hati juga dari para pemulung itu sehingga proses yang mereka alami dapat dicerna dengan baik.
Tujuan Penulisan
Skripsi ini disajikan oleh penulis adalah bertujuan untuk:
Pertama, Membahas peranan gereja Gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia dalam penjangkauan dan pemberdayaan komunitas pemulung.
Kedua, Menambah pemahaman tentang orang Miskin atau pemulung itu yang ditinjau dari dari pandangan Perjanjian Lama, Perjanjian baru, Sejarah Gereja, serta tinajuan Teologis.
Ketiga, Memberikan motivasi gereja-gereja dalam memberdayakan komunitas marginal secara khusus para pemulung. Dimana gereja tidak hanya meningkatkan kerohaniannya tetapi juga kehidupan materinya.
Hipotesa

Hipotesa atau hipotesis yang sering juga disebut pendapat sementara atau anggapan dasar yaitu sesuatu yang dianggap benar meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan. [3]Maka dalam kesempatan ini penulis mempunyai hipotesa bahwa peranan Gereja Perhimpunan Injli Baptis Indonesia dalam menjangkau komunitas miskin/ marginal khususnya para pemulung di Simpang Kongsi sangat besar karena visi dan misi GPIBI “Air Kemuliaan” diSimpang Kongsi adalah berfokus kepada penjangkauan dan dan pemberdayaan jemaat marginal.

Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan oleh penulis dalam tulisan atau dalam skripsi ini adalah, agar skripsi ini bermanfaat :
Pertama, Sebagai wahana bagi penulis dalam mengembangkan kemampuan menyusun karya ilmiah secara baik dan faktual
Kedua, Sebagai bahan masukkan bagi para pembaca mengenai bagaimana komunitas pemulung dapat dijangkau, baik secara rohani dan secara pemberdayaan.
Ketiga, Sebagai bahan masukkan bagi gereja-gereja dalam memikirkan jiwa-jiwa, secara khusus komunitas “miskin” atau pemulung. Terutama gereja-gereja yang melayani dalam jemaat yang “miskin”.
Keempat, Sebagai sumbangsih pemikiran yang sederhana dari penulis untuk almamater penulis sendiri yakni, Sekolah Tinggi Theologia Injili Indonesia.
Pembatasan Masalah

Untuk menghemat biaya yang akan dipakai dan waktu yang akan dipergunakan untuk membuat skripsi ini maka penulis menganggap perlu diadakan pembatasan masalah.
“sebab itu pembatasan masalah perlu memenuhi syarat dalam perumusan yang terbatas, pembatasan ini bukan saja memudahkan atau atau menyederhanakan masalah bagi penyelidikan tetapi juga pemecahannya, tenaga, kecekatan ongkos dan lain-lain yang timbul dalam rancangan tersebut” [4]

jadi, dalam hal ini penulis cukup membatasi masalah seputar peranan gereja GPIBI dalam menjangkau dan memberdayakan komunitas pemulung saja, dalam arti seputar bagaimana meningkatkan pola hidup para pemulung, dengan metode-metode yang benar sehingga para pemulung tidak hanya baik dalam hal materi, tetapi juga dalam hal rohaninya kepada Tuhan.
Daerah yang akan dibahas didalam skripsi ini adalah daerah Simpang Kongsi-Pancur Batu. Daerah ini adalah daerah dimana terdapat begitu banyak pemulung dan hampir rata-rata mata pencaharian penduduk disana adalah sebagai pemulung. Simpang Kongsi ini juga adalah daerah tempat pembuangan sampah dari kota, yakni pembuangan sampah Medan sekitarnya, ada sekitar puluhan hektar lahan yang digunakan untuk tempat penampungan sampah-sampah tersebut.
Peniulis akan menggambarkan letak daerah Simpang Kongsi ini dengan gambar yang sederhana.






Gbr: lokasi Simpang Kongsi-Pancur Batu

Metode Penulisan

Metode merupakan cara yang dipakai untuk suatu tujuan sehinggga metode penulisan yang dipakai dalam karya ini antara lain : riset perpustakaan (Library research), yaitu pengumpulan data-data dan keterangan melalui literature-literature yang mendukung pokok bahasan. Penelitian (riset) adalah “penggunaan media ilmiah yang bersifat formil dan sistematis untuk mempelajari masalah, memang untuk mencapai karya ilmiah ad dua metode, salah satunya lagi adalah penelitian lapangan yangh dipakai untuk melengkapi riset kepustakaan, ketika mengamati pola kehidupan komunitas pemulung di gereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia, Simpang Kongsi, Pancur Batu.”
Penelitian seperti itu melakukan pembuktian secara teori (dalam tinjauan pustaka) dan dengan pengujian dengan data-data secara empiris (pada penelitian lapangan). Tinjauan kepustakaan pengidentifikasian, penjelasan dan penguraian secara sistematis dokumen-dokumen yang mengadung informasi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
Metode Deskriptif dipakai dalam penulisan ini.
“jenis dan corak pertanyaan menentukan keberhasilan wawancara terbuka, yaitu pertanyaan deskriptif, pertanyaan Struktural dan pertanyaan Kontras” [5]
Deskriptif adalah menuturkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang dialami, suatu hubungan kegiatan, pandangan, sikap yang nampak atau tentang suatu proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelainan yang muncul, pertentangan yang meruncing.
Definisi Istilah

Istilah “pemulung” sering diidentikkan dengan kata “orang miskin” yang dalam arti sederhananya adalah orang yang berhubungan dengan keadaan ekonomi dan sosial. Tetapi istilah “pemulumg” yang sama dengan miskin ini bukanlah suatu istilah yang mutlak tetapi adalah istilah yang relatif. Dan pada dasarnya kata “pemulung” dipakai untuk menunjukkan suatu profesi atau suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh beberapa orang sehingga mereka dikatakan sebagai komunitas pemulung.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemulung adalah: “orang yang mencari nafkah dengan jalan mencari dan memungut serta memanfaatkan barang bekas”[6] kata Menjangkau ialah



Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan isi skripsi ini maka penulis membaginya kedalam 5 bab yang dirangkai secara teratur dan sistematis yaitu sebagai berikut:
Bab Pertama: berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, hipotesa, metode penulisan, definisi Istilah dan sistematika penulisan.
Bab kedua: uraian mengenai tinjauan literal terhadap pelayanan komunitas miskin atau pemulung/ marginal dimana akan dibahas beberapa tinjauan terhadap kaum miskin didalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, tinjauan Sejarah Gereja serta Tinjauan Teologis.
Bab ketiga: uraian tentang peranan Gereja Perhimpunan Injili Indonesia dalam menjangkau dan memberdayakan komunitas miskin/pemulung di Simpang Kongsi. Beberapa peranan gereja akan dibahas diantaranya: pendekatan terhadap komunitas pemulung, penyampaian Firman dan penginjilan, pemuridan dan peneguhan Jemaat serta pemberdayaan Jemaat miskin/pemulung.
Bab keempat: didalamnya membahas bagaimana implementasinya terhadap gereja masa kini yang mengarah kepada motivasi untuk membuka pos-pos PI yang baru guna menjangkau lebih banyak jiwa, keberhasilan gereja dalam meningkatkan pola pikir dan karakter komunitas miskin, serta menciptakan komunitas miskin yang ramah lingkungan.
Bab kelima, diuraikan kesimpulan akhir dan saran yang bertujuan untuk memberikan masukkan kepada pembaca
Selain itu dalam skripsi ini akan dimasukkan lampiran-lampiran dan daftar kepustakaan.
[1] Donald C.Stamps.C., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Jakarta : Gandum Mas dan Lembaga Alkitab Indonesia), 2004, 1410

[2] Artikel: Teguh Dartanto, Kemiskinan Pedesaan dan “seasonal Cash For Work”, (Kompas, Jumat, 23 Februari 2007), 13
[3] TPKP3, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 906

[4] Winarno, Surakmad. Pengantar Penelitian ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1982), 34
[5] John Mansford Prior, Meneliti Jemaat : Pedoman Riset Partisipatoris, (Jakarta: Grasindo, 1997), 121
[6] TPKP3, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 906

MUSIC

Berbicara tentang musik. Musik adalah bagian dari kesenian dan yang sudah dikenal sejak Allah menciptakan alam semesta. Mike dan Viv Hibert menuliskan dalam bukunya “ketika Allah menciptakan alam semesta, Dia memasukkan unsur musik dalam setiap bagian dari ciptaanNya.” [1] unsur musik yang disebut diatas adalah suara atau irama yang ada dalam musik dan itu bersumber dari benda-benda yang bisa dijadikan alat musik. Bahkan berdasarkan Alkitab manusia sudah mengenal alat musik pada generasi kelima setelah manusia pertama (Adam). [2] hal ini menjadi sebuah tanda dimana Allah menyukai musik dengan segala unsurnya.
Sejak zaman dahulu, Tuhan memberikan kepada manusia ciptaanNya (memang tidak semuanya) suatu kepekaan dalam memainkan alat musik maupun menyanyi. Alat musik zaman dahulu sangatlah sederhana, dibuat dari bahan apa saja yang dihasilkan dari bumi ini, atau dari kulit binatang, tapi alat musik yang sederhana itupun dapat menghasilkan do-re-mi. [3]
Kalau dilihat dari perkembangan alat musik zaman dahulu dengan zaman sekarang ini, sudah begitu banyak jenis-jenis alat musik yang mulai muncul ditengah-tengah kalangan para pencinta musik. Bahkan sekarang hampir semua alat-alat musik yang terbuat dari bahan elektronik atau yang berbau komputer yang sangat canggih. Terkadang juga sebuah gereja tidak puas dengan alat musik yang telah dimiliki, mereka selalu mencari kemungkinan-kemungkinan baru untuk dikembangkan jemaat.
Berbicara tentang sejarah dan pandangan teologis alat musik menjadi topik yang cukup unik bahkan lebih unik lagi jika dibandingkan dengan ibadah-ibadah Kristen yang sudah ada di Indonesia secara khusus gereja-gereja lokal yang muncul dengan berbagai aliran atau dogma, namun tujuannya tetap yakni Yesus sendiri. Yang menjadi masalah terkadang para pemain alat musik serta kaum awam tidak tahu benar pengertian alat musik secara teologis. Bob Storge menuliskan dalam bukunya menyatakan bahwa bangsa Israel tahu benar dari segi teologis maupun pandangan biasa tentang pentingnya pujian melalui alat musik yang mereka bunyikan ketika menyembah Tuhan. “Miryam mengambil rebana dan memimpin wanita Israel menyanyi. Pada saat itu Musa dan seluruh umat Israel menyanyikan lagu kemenangan yang hebat sekali bagi Tuhan, yang tersirat sebuah Wahyu yang menakjubkan” [4] Begitu pentingnya alat musik dalan ibadah sehingga sangat perlu dipelajari dan melalui lat musik ternyata Allah juga menyatakan kuasaNya.
Setiap kali Alkitab menyebut suara sangkakala selalu diikuti peristiwa yang penting. Sejak pertama kali disebutkan dalam Keluaran 19: 13, ketika menegakkan perintah Allah, sampai sangkakala yang ditiup tujuh kali sebagaimana dinyatakan Wahyu 8: 6 – Wahyu 10, dan masih bergema hingga sekarang, suara sangkakala menandai hadirat Allah. [5] Dari penjelasan diatas berkesimpulan bahwa alat musik sejak awalnya menjadi sarana yang efektif oleh Allah untuk menyatakan kemuliaanNya bagi bangsa-bangsa.
Pendalaman teologis dan historis dalam ibadah Kristen memberi pemahaman bahwa lebih dari yang biasa dipikirkan akan terjadi melalui alat musik. Allah tidak kehabisan cara untuk menyatakan kemuliaanNya bagi bangsa-bangsa.
Latar belakang
Pada sekarang ini banyak gereja-gereja tidak mengetahui tujuan pemakaian alat musik yang mereka pakai dalam ibadah, sehingga ada gereja memandang alat musik tersebut sebagai pengganggu atau pengacau didalam ibadah mereka. Dan ada juga gereja memandang kalau alat musik yang lengkap seperti drum, keyboard (piano), gitar (bass) atau fullband itu hanya bisa dipakai gereja yang beraliran Roh Kudus (Kharismatik). Dan yang menjadi masalah ada juga pandangan gereja tentang alat musik yang lengkap (fullband) hanya bisa dipakai dalam ibadah muda-mudi sebuah gereja.
Ada juga beberapa masalah yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini :
Pertama, ada beberapa pandangan didalam Gereja bahwa alat musik suku Batak seperti: Gondang (gendang),sarune (serunai),sordam (Sejenis suling), Ogung (gong), hasapi (Kecapi) tidak layak dipergunakan dalam gereja atau ibadah Kristen.
Kedua, ada gereja yang memandang alat musik tersebut sebagai penarik jiwa-jiwa atau menyemarakkan suasana ibadah sehingga alat musik tersebut menjadi alat ketergantungan maka tanpa alat musik yang lengkap jemaat tidak lagi bersemangat untuk memuji/ mereka tidak datang beribadah sehingga mencari gereja yang memakai alat musik yang lengkap dan canggih.
Ketiga, begitu banyak pada zaman sekarang ini yang menjadikan alat musik dalam ibadah Kristen sebagai alat untuk menyalurkan bakat-bakat seni. Artinya banyak para pemuda yang memainkan alat musik dalam ibadah karena ada kemampuan mereka memainkannya. Sehingga ketika ibadah berjalan mereka memainkan alat musik itu sendiri dengan keinginan mereka sendiri sehingga menimbulkan nada-nada yang tidak cocok pada pujian yang dibawakan waktu ibadah, sehingga yang terjadi adalah hal tersebut tidak membawa berkat pada jemaat.
Keempat, adanya jemaat yang tidak paham makna dan tujuan pemakaian alat musik dalam ibadah. Viv Hibert dalam bukunya jelas sekali dituliskan bahwa :
Maksud dari pemakaian alat-alat musik :
1. Untuk melayani Allah dihadiratNya (I Taw 16: 4,6,37)
2. Untuk memuji Tuhan (Mzm 33: 22)
3. Untuk mengiringi penyanyi dalam sukacita dan puji-pujian (I Taw 15: 16)
4. Untuk memanggil dan memimpin jemaat dalam beribadah (Bil 10: 1-10)
5. Mempersiapkan jemaat untuk bernubuat (II Raja 3: 15)
6. Untuk menyampiakna nubuat (I Taw 25: 1-3)
7. Untuk memimpin dan dimainkan dalam peperangan (Bil 10: 2-10)
8. Untuk mengantarkan dan mengumumkan kehadiran Allah (Mzm 47: 6)
9. Untuk mengajar segala bangsa memuji Tuhan (Mzm 57: 8-10) [6]

Dari kutiban diatas membuktikan kepada kita bahwa penggunaan alat musik

Dalam ibadah bukanlah sembarangan tetapi memiliki fungsi yang jelas, bukan ajang menunjukkan kemampuan seseong tetapi lebih kepada persekutuan yang indah didalam baitNya Tuhan. Kata bersyukur lewat pujian dan musiklah kita menyampaikannya betapa Allah ajaib dan besar. Allah memberikan kepada manusia kepintaran untuk membuat karya yaitu alat musik dan sudah tentu Allah juga menginginkan kita manusia mempergunakannya untuk kemuliaan Allah kita.
Tujuan Penulisan

Proposal ini memaparkan bagaiman sebenarnya alat-alat musik dari pandangan teologis dan historis dalam suatu ibadah Kristen. Karena dengan melihat perkembangan yang terjadi masa-masa sekarang ini alat-alat musik menjadi tren yang ditengah-tengah lingkungan gereja dengan berbagai aliran. Dalam setiap moment ataupun setiap kegiatan kerohanian bukti nyata yang terlihat adalah bahwa alat-alat musik akan disediakan dengan megah dan mewah, tetapi sayang mengertikah gereja-gereja makna dasar dari musik tersebut?
Tujuan yang pertama, supaya semua warga gereja memahami apa maksud alat-alat musik dipakai dalam ibadah Kristen.
Tujuan yang kedua, supaya memperbaiki kesalahpahaman atas pandangan warga gereja terhadap pemakaian alat musik dalam ibadah, seperti alat musik fullband hanya dipakai oleh gereja yang kharismatik.
Tujuan yang ketiga, supaya para pemain alat musik dalam gereja mengetahui maksud dari pemakaian alat musik dalam ibadah terutama dikalangan anak muda, dan bukan untuk pelarian diri bakat yang dimiliki.
Definisi Istilah
Sesuai dengan judul proposal ini yaitu “Tinjauan Teologis dan Historis Alat-alat Musik Dalam Ibadah Kristen” maka penulis membuat istilah untuk menghindarikesalapahaman terhadap judul proposal ini. Pertama, yang dimaksud dengan teologis adalah: dalam arti paling sempit, teologi adalah studi dari pengetahuan tentang Allah. Tetapi dalam arti lebih luas dalam bahasa modren, teologi adalah uraian rasional dari suatu agama yang ditunjang oleh sejumlah subsdisiplin termasuk studi nasakah-naskah suci, etika, doktrin, sejarah dan peribadahan[7].
Kedua, yang dimaksud dengan Historis adalah: (1) Berkenan dengan sejarah: bertalian atau ada hubungan dengan masa lampau, (2) Bersejarah[8].
Ketiga, Alat Musik adalah benda yang dipakai untuk menyusun nada atau suara di urutan kombionasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan[9] dan sedangkan ibadah adalah pertemuan para jemaat-jemaat Tuhan.
Pembatasan Masalah
Agar benar-benar tulisan ini tidak merambat dan melebat kearah yang lain-lain maka penulis memberikan pembatasan masalah, dengan harapan tepat pada sasaran. Penulisan ini membahas secara umum pandangan teologis dan historis alat musik dalam ibadah-ibadah Kristen. Penulisan berfokus pada alat-alat musik yang digunakan dalam ibadah-ibadah kristen secara khusus gereja-gereja yang memiliki alat-alat musik, sehingga tidak hanya gereja tetapi para pemain musiknyapun memahami alat-alat musik itu dari segi teologis dan historis.
Metode Penulisan
Penulis memilih metode deskriptif dalam penulisan ini, yang tidak mengutamakan angka-angka statistic. Sumanto menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah “metode yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada”[10]
Hal yang di Interpretasikan (dikaji dan ditafsirkan) bisa saja perihal kondisi atu hubungan, pendapat yang sedang berlangsung, akibat efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang dimasyarakat.
Hipotesa
Sebagai kesimpulan sementara, hipotesa penulis dari tulisan ini adalah: Alat Musik menjadi sarana yang efektif dalam Ibadah Kristen. Pemahaman secara teologis dan historis tentang alat-alat musik dalam ibadah Kristen diyakini dapat membawa umat kristen menyembah Allah lebih sungguh lagi, dan menggunakan beragam alat-alat musik untuk Kemuliaan Tuhan.
Artinya, bahwa alat musik akan lebih baik dan bermakna serta memberikan pelajaran penting kepada para pemain musik bahwa sesungguhnya alat musik yang dimainkan bukan hanya sekedar alat musik yang memberi semangat tetapi juga penuh makna teologis.
Sistematika Penulisan
Dalam karya tulis ini penulis mengurikan sistematika penulisan dengan judul yang telah ditentukan antara lain:
Bab I adalah pendahuluan dari penulisan skripsi ini, dimana dalam pendahuluan didalamnya terdapat latar belakang masalah, tujuan penulisan, definisi Istilah, pembatasan masalah, metode penulisan, hipotesa dan sistematika penulisan yang dibuat sesuai dengan judul skripsi ini.
Bab II dalam skripsi ini akan membahas tentang pemakaian alat musik dalam sejarahnya dimana dalam bab ini yang menjadi sub judul keduanya adalah tentang alat musik dalam Alkitab, Alat musik pada awalnya, dan akan dijelaskan juga bagaimana alat musik dalam zaman Adam, alat musik zaman Yosua, alat musik zaman Daud, alat musik zaman Salomo, alat musik zaman Perjanjian Baru. Selain itu dalam bab ini juga akan dibahas sejarah masuknya alat musik kedalam gereja yakni masa renaissance dan masa Barokh. Sub judul yang lain yang dijabarkan dalam bab ini adalah pengaruh alat musik bagi gereja dan peranan alat musik dalam Ibadah Kristen.
Bab III adalah pembahasan tentang tinjauan teologis dan historis alat musik. Sub judul pertama akan membahas tentang tinjauan teologis alat musik dengan sub judul kedua alat musik yang ditunggangi oleh iblis dan alat musik sebagai sarana penyembahan kepada Allah. Pandangan tokoh-tokoh Teologia tentang alat musik yakni dengan sub judul kedua tinjuan historis alat musik

[1] Mike dan Viv Hibert, Pelayanan Musik, (Jakarta: Yayasan ANDI,1988), 10
[2] Tp. Suara Methodist Indonesia,(Medan: Percetakan Methodist, 1940), 34
[3] Tp. Suara Methodist Indonesia, 34
[4] Bob Sorge, Mengungkap Segi-segi Pujian dan Penyembahan, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1991), 35
[5] Ray Hughes, Suara Surga Sinfoni Bumi, (Jakarta: Nafiri Gabriel, 2001), 24
[6] Mike dan Viv Hibert, Pelayanan Musik, (Jakarta: Yayasan ANDI,1988), 58-59
[7] W.R.F. Browning. Kamus Alkitab, (jakarta : BPK Gunung mulia, 2007),441-442
[8] t.n. Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan, 355
[9] t.n. Departemen pendidikan dan kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakarta:balai pustaka, 1988), 1060
[10] Sumanto.Metodologi penelitian Sosial dan Pendidikan (Yogyakarta : Yayasan ANDI,1995),77